Rabu, 17 Juli 2013

Kapten Boaz dan Agresi Belanda

Kabar mengejutkan! Belanda kembali akan memborbardir Indonesia.


Agresi militer I yang dilakukan 21 Juli hingga 5 Agustus 1947 dan agresi militer II pada 19 Desember hingga 10 Juli 1949 lalu ternyata belum cukup.

Jumat, 7 Juni 2013, malam ini, Indonesia kembali akan dibombardir lewat agresi III. Jelas rakyat Indonesia harus waspada.

Tapi bukan lagi waspada terhadap peluru, bom atau pesawat tempur militer melainkan pada pemain-pemain tim nasional sepak bola Belanda. De Oranje malam ini memang akan dijamu timnas Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).

Seperti halnya di era revolusi, pahlawan-pahlawan sepak bola Indonesia kembali harus bekerja keras dan bercucuran keringat menahan gempuran. Jika di zaman perang, pejuang Indonesia kalah persenjataan, maka saat ini pahlawan kita yang dipimpin Kapten Boaz Solossa, kalah kelas.

Para serdadu Belanda sudah dikenal kegarangannya di Eropa, sementara pasukan Indonesia belum teruji di medan perang besar. Pasukan kita hanya terbiasa dengan perang gerilya. Kalau berbicara senjata, maka kali ini kita masih percaya dengan bambu runcing dan beberapa senjata rampasan perang (baca pemain naturalisasi). Yang sedikit membantu prajurit kita karena "tentara" asal Brasil turut membantu Indonesia.

Banyak yang menyebut pertempuran kali ini melibatkan David dan Goliath. Timnas Indonesia adalah David yang kecil. Sementara Belanda adalah si raksasa, Goliath. Data membuktikan itu.

Di kubu Belanda berjejer pemain-pemain terbaik dunia. Mulai dari John Heitinga, Wesley Sneijder, Dirk Kuyt, Robin van Persie serta Arjen Robben yang baru saja menjadi bintang Bayern Munich di Liga Champions. Tidak ada yang meragukan kemampuan mereka.

Selain pemain yang beda kelas, Indonesia juga kalah peringkat. Indonesia kini terjerembab di peringkat 170 dunia berdasar rilis terbaru FIFA. Sedangkan lawannya, Belanda ada di posisi 5. Peringkat terbaik Indonesia adalah 75 pada September 1998 sementara Belanda sempat di peringkat 3 pada Mei 2006.

Bicara prestasi, Pasukan Garuda juga kalah jauh. Di kancah piala dunia Indonesia baru tampil sekali yakni tahun 1938 di Prancis. Saat itu Indonesia yang masih menggunakan nama Hindia Belanda tersingkir di babak pertama.

Di level Asia, Indonesia juga tak mampu bicara banyak. Tampil empat kali yakni pada 1996, 2000, 2004 dan 2007, Indonesia terhenti di babak pertama.

Bandingkan dengan prestasi Belanda. De Oranje tampil 8 kali di piala dunia. Meski belum merasakan juara, mereka mampu menjadi runner up tiga kali yakni pada piala dunia 1974, 1978, dan terakhir pada 2010 lalu.

Pada level Eropa, Belanda sudah tampil 7 kali. Prestasi terbaik mereka adalah juara pada 1988.

Tapi Kapten Boaz bersama serdadu-serdadu pemberaninya sudah bersumpah setia. Mereka berjanji akan bertempur hingga titik darah penghabisan. Kapten Boaz berjanji akan menumpas pertahanan Belanda.

Jadi mari kita doakan bersama. Semoga kali ini Laskar Merah Putih tidak bertekuk lutut lagi. Dan bukankah di masa lalu kita pernah menang atas Belanda? Ataukah itu hanya hadiah? Semoga kalau Indonesia menang malam ini, tidak ada yang curiga bahwa itu juga hadiah. Merdeka! Merdeka! Merdeka!


Barru, Jumat, 7 Juni 2013
(Menjelang agresi Belanda III)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya