Tanpa
permisi, dia ke ranjangku. Siang yang panas baru saja pergi. Ia terusir
hujan yang beberapa hari terakhir hanya berani turun malam.
Aneh saja. Tiba-tiba saya ingin berbincang dengannya. Atau mungkin yang lebih tepat, membaca pikirannya.
Dia, Si Cicak. Melihat ukuran tubuh dan warna kulitnya yang cokelat muda, ia masih sangat muda. Beberapa bulan lalu ia lahir.
Menyentuh ranjang, dia menatapku. Sejenak saja. Lalu ia berkata dalam hati, "Ini manusia kok kerjanya lebih banyak tidur."
"Dari awal saya lahir sampai hari ini, waktunya lebih banyak ia
habiskan di tempat tidur. Sesekali di kursi roda." Dia melanjutkan
kalimatnya usai sejenak menoleh.
"Tapi aneh, kok dia lebih suka tidur ya? Badannya kan sempurna.
Kakinya terlihat normal. Mungkin ini manusia yang malas? Tapi itu bukan
urusanku!" Ketusnya.
Dia lalu pergi. Satu detik...5 detik..1 menit.., ia menghilang ke
samping ranjang. "Kemana ya dia?" Saya penasaran. Dia yang tiba-tiba
muncul, menatapku sejenak, kini pergi dan menghilang. "Kemana dia?"
"Itu dia!" Dia muncul lagi dari samping ranjang. Seperti saat muncul tadi, lagi-lagi dia
menatapku. "Belum bangun juga," katanya. Sangat singkat, sampai-sampai tenggorokannya nyaris tak bergerak.
"Tapi kalau dipikir-pikir, kasihan juga manusia ini. Hanya diam di
kamar, bagaimanapun pasti tersiksa. Ia pasti tahu bahwa begitu indah di
luar sana. Saya juga pernah melihatnya menangis. Apakah ia putus asa?
Aduh....kenapa juga saya dipusingkan oleh manusia jelek ini." Setelah
itu dia berlalu. Tak lagi kembali.
Sejenak sepi. Si Cicak telah pergi. Kasihan dia.....
Barru, Sabtu, 25 Mei 2013
(Saat 17 harapan menyemangatiku)
Rabu, 17 Juli 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya