Rabu, 17 Juli 2013

R A H M A

Bagaimana rasanya merindukan seorang perempuan yang tak pernah kau jumpai?

Oleh: Amiruddin Aliah


Beberapa bulan terakhir saya sering sekali teringat dia. Kadang ingatan tentangnya datang saat petang. Lain waktu, menyeruak saat saya tiba-tiba terbangun di tengah malam yang sunyi. Sering juga kala subuh, seperti saat ini.

Entah kenapa, ingatan kepadanya selalu saja berujung perasaan sedih. Selalu ada tangis terisak di antara lamunan tentangnya. Mungkin ini karena kami sangat dekat.

Saya sangat senang menonton, membaca atau mendengar kisah tentang persaudaraan yang kuat. Bagaimana seorang kakak melindungi adiknya, atau seorang adik menjaga kehormatan kakak perempuannya.
Saya selalu membayangkan kisah itu menceritakan kami.

Saya juga senang membingkai sendiri kisah kami sebagai seorang kakak beradik. Seperti, saat remaja saya maju ke depan menantang seorang pria dewasa yang coba mengganggu dan merendahkan martabatnya sebagai seorang perempuan. Meski akhirnya saya harus berdarah dan terluka.

Atau suatu sore saya pulang sekolah dan langsung menghambur ke pelukannya. Menceritakan tentang kejamnya nasib percintaan memperlakukanku. Dan dia memelukku erat, mengusap kepalaku dan menciumku lalu berkata, "Masih ada perempuan yang mencintaimu dengan tulus.
Masih ada kakak, jadi berhentilah menangis anak muda."

Saya selalu ingin menjadikan dia perempuan istimewa. Saya ingin membahagiakannya sebagai seorang saudara. Saya ingin ketika jauh darinya, menelepon dia pada suatu malam, menanyakan kabarnya dan bilang kalau saya sangat merindukannya. Saat pulang dari bepergian, saya ingin membawakan dia ole-ole atau setidaknya bercerita tentang negeri orang yang indah dan aku ingin kelak bisa membawanya ke sana.

Saya selalu membayangkan dia pahlawanku. Membelaku saat orang tua kami marah karena saya nakal. Atau memarahi kakak laki-lakiku yang usil dan membuatku menangis. Lalu ketika saya sakit, dia akan selalu di sampingku memberiku semangat.
Saya mau suatu hari dia menangis dan bersedih karena adik yang dia sangat cintai sedang sakit parah.

Saya selalu rindu dia mencandaiku dan bilang, "Kau adikku yang nakal tapi saya sangat menyayangimu."

Tapi tidak, itu semua hanya imajinasi. Semu. Itu hanya kerinduan yang tak pernah berwujud. Sebab waktu telah memisahkan kami sebelum saya sempat mengenalnya.

Telah lama dia tenang di surga. Telah lama dia meninggalkan kami semua. Tapi dia pasti tahu, saya sangat mencintai dan sangat merindukannya.

Barru, 8 April 2013
(Saat teringat Rahma-ku di subuh yang dingin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya