Rabu, 17 Juli 2013

Lipstik dan Selebrasi Gol

Sudah pukul 08.30-an sekian. Hari ini Jumat, dan sepertinya hawa dingin sudah pergi.

Dan, Arung Mario sudah terbangun. Botol susu yang terlempar dan membuat bunyi ribut di lantai jadi tanda ia sudah tak ingin tidur lagi.

Saat itu saya tidur membelakangi Arung. Meski ribut, saya tak berminat menengok ke arahnya. Apalagi ke botol susunya. Sudah terbiasa. Setiap bangun, dia seperti itu.

Tapi setelah mendengar suara kursi digeser, saya terpaksa membalikkan badan. "Pasti dia ke meja rias?"

Benar saja, Arung sudah di atas kursi dan sedang menggapai tas kosmetik ibunya di meja.

Lalu lipstik pun ditarik keluar. Tak lama, lipstik berwarna "buram" itu mendarat di bibir. Namun bukan ke bibir ibunya. Ibunya sedang ke pasar. Lipstik itu sedang bersolek di bibir Arung.

Setelah tiga, empat polesan, tanpa lupa mengatupkan bibir seperti para perempuan yang ingin meratakan lipstiknya, dia turun dari kursi. Mendekati saya yang masih tidur-tiduran di ranjang. Beberapa detik kemudian, kami, ayah dan anak, sudah terlihat cantik dengan lipstik di bibir masing-masing.

Lipstik selesai, Arung meraih kotak bedak. Beruntung ibunya muncul sebelum bedak makin tebal di pipi.

Begitu kebiasaan aneh Arung. Saya bilang aneh, sebab dia anak cowok. Mungkin karena sering melihat ibunya berdandan, dia jadi ketularan. Hampir setiap hari, asalkan melihat tas kosmetik ibunya, dia akan mengambilnya. Kalau lagi tidak ada kursi di sekitar meja, dia akan meminta diambilkan tas itu. Kadang dengan menangis.

"Pake'ka. Pake'ka." Itu yang dia ucapkan. Artinya, dia ingin pakai bedak, lipstik dll. Kalimat itu juga yang dia bilang jika ibunya sedang berdandan. Tapi biasanya, ibunya hanya pura-pura mengoles lipstik atau bedak dan Arung sudah berhenti merengek.

Saya jelas khawatir kalau Arung berdandan. Bukan hanya takut ia pecahkan meja atau wajah kanak-kanaknya rusak karena kosmetik. Yang paling mengkhawatirkan saya, jangan-jangan dia punya kelainan. Tahukan maksudku?

Namun seperti kata ibunya, saya tidak perlu khawatir.
Sebab, sejauh ini, ia tetap memperlihatkan jati dirinya sebagai cowok.

Hari-harinya selalu bersama bola. Tidur bersama bola, rutin nonton bola dan menangis kalau ada yang pindahkan chanel.

Belakangan ini, ia malah sudah pintar melakukan selebrasi gol. Sambil berlari di kamar, ia langsung menjatuhkan diri dan duduk menekuk letutnya. Setelah itu tangannya ia angkat ke atas sambil berteriak, "Gol!!!" layaknya selebrasi pemain bola yang baru mencetak gol.

Ia juga pintar menirukan gaya pemain saat menerima trofi. Biasanya dengan mengangkat nampan, miniatur tongkonan, atau benda lainnya di atas kepalanya.
Kalau urusan menendang bola, tak perlu ditanya. Ibunya sampai pusing melihatnya menendang bola dan berlari kiri kanan di kamar.

Arung juga hampir setiap hari berkelahi dengan sepupunya, Fayad. Sepanjang hari mereka gantian menangis. Sebagian besar pemicu saling pukul, tendang, gigit dan jambak rambut tak jauh-jauh dari soal mainan. Salah satunya bola.

Jadi, sepertinya saya memang tak perlu khawatir. Mungkin di usianya yang 2 tahun 8 bulan, ia sudah tahu bahwa di sepak bola modern, penampilan pemain juga penting. Sebab gaya rambut dan cara berpakaian pesepakbola saat ini juga sudah seperti selebriti. Dan Arung ingin belajar itu sejak awal.

Jumat-Senin, 24 Mei-3 Juni 2013
(Setelah mandi dan kedatangan teman SMA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya