Rabu, 17 Juli 2013

Kapten Boaz dan Letnan Zulkifli, Anda Hebat!!!

Akhirnya pertempuran yang tak seimbang itu dimenangkan Belanda. Serdadu-serdadunya yang berpengalaman bertempur di Eropa memborbardir benteng pertahanan Laskar Merah Putih yang hanya mengandalkan perang gerilya.

Seperti pada Agresi Militer Belanda I yang dilancarkan Belanda di Jawa dan Sumatera lalu Agresi Militer Belanda II yang menggempur Yogyakarta, pasukan Indonesia memberikan perlawanan sengit. Tapi seperti sebelumnya, agresi Belanda kali ini di Senayan, Jakarta membuat Pasukan Garuda tak berkutik.

Meski begitu, kita patut berbangga dengan daya juang tak kenal lelah pahlawan-pahlawan sepak bola Indonesia. Seperti halnya saat kita dijajah tiga setengah abad, perlawanan dalam agresi 90 menit Belanda tak pernah berhenti. Meskipun hanya dengan perang gerilya (baca: serangan balik) saja.

Di pertempuran babak pertama, kapten pasukan Belanda, van Persie dibuat frustasi oleh benteng kokoh Indonesia. Meski digempur habis-habisan, tak satupun yang mampu mengoyak gawang Indonesia yang dikawal Jong Java, Kurnia Meiga Hermansyah.

Mendapat perlawanan sengit, "Gubernur Jenderal Belanda", Louis Van Gaal memasukkan amunisi baru dan mengganti Kapten Van Persie dengan Kapten Arjen Robben. Pasukan baru inilah yang akhirnya memukul mundur Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond, dan pahlawan Papua yang mewarisi sifat spartan Frans Kaisiepo, Johannes Abraham Dimara, Marthen Indey dan Silas Papare.

Para pejuang sepak bola kita akhirnya lebih banyak bertahan. Lalu lewat serangan mendadak pada pukul 21.33 hingga jam 23.59 WIB, Jumat, 7 Juni, tiga tembakan pun akhirnya merobohkan benteng kokoh Indonesia. Meskipun kalah, Kapten Boaz Solossa bersama pasukannya sudah berjuang sampai titik darah penghabisan meski pada akhirnya kita memang gagal menumpas pertahanan Belanda.

Secara kualitas, seperti di agresi I dan II, kita memang kalah jauh.
Banyak yang menyebut pertempuran kali ini melibatkan David dan Goliath. Timnas Indonesia adalah David yang kecil. Sementara Belanda adalah si raksasa, Goliath.

Selain pasukan yang beda kelas, ndonesia juga kalah peringkat. Indonesia kini terjerembab di peringkat 170 dunia berdasar rilis terbaru FIFA. Sedangkan lawannya, Belanda ada di posisi 5. Peringkat terbaik Indonesia adalah 75 pada September 1998 sementara Belanda sempat di peringkat 3 pada Mei 2006.

Bicara prestasi, Pasukan Garuda juga kalah jauh. Di kancah piala dunia Indonesia baru tampil sekali yakni tahun 1938 di Prancis. Saat itu Indonesia yang masih menggunakan nama Hindia Belanda tersingkir di babak pertama.

Di level Asia, Indonesia juga tak mampu bicara banyak. Tampil empat kali yakni pada 1996, 2000, 2004 dan 2007, Indonesia terhenti di babak pertama.

Bandingkan dengan prestasi Belanda. De Oranje tampil 8 kali di piala dunia. Meski belum merasakan juara, mereka mampu menjadi runner up tiga kali yakni pada piala dunia 1974, 1978, dan terakhir pada 2010 lalu.

Pada level Eropa, Belanda sudah tampil 7 kali. Prestasi terbaik mereka adalah juara pada 1988.

Tapi apapun itu, Kapten Boaz dan Letnan Zulkifli Syukur sudah bertempur dengan gagah berani. Serdadu-serdadu pemberani kita tak pernah menyerah bahkan ketika juru damai dari Malaysia, Nagor Amir Bin Noor Mohamed, menghentikan pertempuran ini.

Barru, Sabtu, 8 Juni 2013
(Baru bangun coy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya