Dan pada hidup yang indah ini, aku punya kalian; perempuan-perempuan tercintaku.
Oleh: Amiruddin Aliah
Baru saja melepas pelukan. Dia perempuan ketiga yang aku peluk malam tadi hingga pagi ini.
Panggilannya Rara. Nama lengkapnya, Aura Nursabila. Dia senang aku
peluk, tapi Rara harus sekolah pagi ini. Tak masalah, toh siang nanti
dia akan pulang dan aku punya waktu yang panjang untuk memeluknya lagi.
Aku menyayanginya sebagai seorang anak. 2004-2005 lalu, saat harus
bekerja jauh di Majene dan Masamba sana, aku sering bersedih saat
meninggalkannya. Kami hanya bertemu awal bulan dan berpisah di awal
bulan juga. Pertemuan yang singkat dan pantas diganjar kesedihan untuk
akhirnya.
Takdir memang selalu memisahkan kami. Saat aku sudah bekerja di
Makassar dan punya rumah sendiri, bapak dan mamanya (sapaan untuk
kakek/nenek dari garis ibunya) telanjur dekat dengan Rara. Dia pun masuk
SD di Barru. Tapi saat libur, Rara pasti bersamaku.
Lalu Tuhan memberiku waktu bersamanya yang lebih lama kini. Aku menyayanginya dan Tuhan tahu itu.
****
Pagi ini, Syifa masih pulas. Padahal sudah dua kali aku coba
membangunkannya. Tak masalah, sekolah TK-nya nanti jam 8. Sekarang baru
pukul 07.08. Dia juga tak perlu buru-buru. Selesai mandi, sekolahnya di
belakang rumah.
Asyifa Syafira. Itu nama panjangnya. Rabu malam, ia menangis di
depan kamar. Cukup lama. Rara bilang adiknya menangis karena dia tak mau
membagi telur dadarnya. Namun sepertinya bukan itu alasannya. Kalau
cuma karena telur, ia harusnya tak sampai tersedu-sedu.
Aku memanggilnya dengan sangat sayang.
"Siniki, Nak. Siniki."
Syifa langsung melepas pelukannya pada dinding kayu pengaman
jembatan menuju kamar kami. Dia menghambur naik ke pangkuangku. Aku
berusaha membuatnya senyaman mungkin. Hingga akhirnya, tangisannya reda
di atas kursi roda bersamaku.
"Kenapa menangis, Nak?"
Syifa tak menjawab.
"Sudah makan, Nak sayang?" Akhirnya dia mengangguk. Entah apa yang
membuatnya menangis karena setelah itu dia tertidur. Mungkin ia merasa
aku abaikan.
Baru saja Syifa bangun. Sekarang pukul 07.30 dan ia menyandarkan
kepalanya di wajahku untuk dicium. Aku menyayanginya dan Tuhan tahu itu.
******
Ibu mencium keningku. Pagi ini dia harus cepat turun ke bawah dan
mencuci. Banyak yang harus dicuci termasuk sarung dan seprei berbau
pesing.
Namanya Andi Eka Vuspasari. Tapi sehari-hari, aku, Rara, Syifa dan
Arqam Arung Mario memanggilnya ibu. Aku dan Eka pertama bertemu di
kampus Unhas. Satu siang di Agustus, awal pertemuan kami. Aku
membentaknya dan dia menangis. Singkat kisah, kini kami suami istri.
Aku menyayanginya. Tapi aku pikir dia lebih menyayangiku. Sudah
setahun lebih dia merawatku. Sebagai manusia biasa, dia juga pernah
mengeluh. Namun bukan lantaran harus membersihkan kotoran dari badanku
setiap hari.
Dia juga pasti tak mengeluh hanya karena setiap hari harus mengangkat kakiku dan membantuku berdiri. Eka perempuan kuat.
Beberapa bulan sebelum ulang tahunnya yang ke-23 23 April lalu, saya
menjanjikan kado untuknya. Aku berharap sembuh di ulang tahunnya itu.
Pasti akan jadi kado istimewa. Apalagi selama ini, aku tak pernah
terlalu peduli dengan ulang tahunnya. Sama seperti tak pedulinya aku
dengan hari ulang tahunku sendiri.
Manusia tetap saja hanya sebatas berencana. Pada akhirnya, siapa
yang mampu melawan kehendak Ilahi. Sekarang sudah pengujung Juni dan
kado itu belum bisa kuserahkan.
Tapi Tuhan pasti tahu bagaimana aku menyayangi istriku. Aku berharap
kado kesembuhan yang aku janjikan bisa kupersembahkan padanya sebelum
ulang tahunnya yang ke-33 (Maaf tadi ada kesalahan penulisan usia.
Sedikit terpengaruh dengan wajahnya yang menjaga mudanya).
********
Kini, tinggal aku dan Arqam di kamar. Dia masih tidur. Saat ini sepi.
Kalau lagi sepi, aku pasti ingat mamaku. Bagaimana ya kondisinya
kini? Dia perempuan hebat. Cara dia menyayangiku sejak kecil hingga hari
ini tak mungkin terbalas dengan apapun. Takkan mungkin dengan cara
apapun.
Mamaku kini di RS. Mungkin akan segera dioperasi. Pertengahan
November 2012, suatu malam, mama sakit perut. Ia akhirnya dilarikan ke
RS Andi Makkasau Parepare. Ada gangguan di ususnya dan sudah dioperasi
sekali di RS Wahidin Januari lalu. Setelah operasi itu, ia harus
menjalani kolostomi atau pemindahan saluran pencernaan untuk buang air
besar (BAB). Sudah empat bulan mamaku juga menjalani kemoterapi. Setelah
delapan kali kemo, kini operasi untuk penyambungan saluran pembuangan
ke anus dipersiapkan dokter.
Aku begitu mencintai mamaku. Jika Tuhan memberi kami kesempatan
untuk sama-sama sehat kembali, aku berjanji akan merawatnya dengan baik.
Di masa lalu, aku sering mengabaikan beliau dan balas budi baru sebatas
rencana.
Aku yakin Tuhan menyayangi mamaku. Makanya aku titip nasibnya
pada-NYA. Aku selalu yakin DIA memilihkan jalan hidup terbaik untukku.
Dan kalau kesembuhan yang kuharapkan adalah jalan terbaik itu, maka DIA
akan memudahkannya. DIA akan menghilangkan rasa sakitnya.
******
Aku berdoa mamaku sehat kembali. Sebab kehilangan itu berat. Aku sudah merasakannya.
4 Maret 2012, Umming-ku meninggal dunia. Awalnya, setelah mendengar
kabar berpulangnya nenekku itu, aku tak ingin sedih. Namun ternyata aku
tak kuat. Di anak tangga pertama, aku sudah tak bisa menahan air mata.
Hari itu, untuk pertama kalinya aku merasa kehilangan orang tercinta.
Kini hanya foto di HP-ku yang menjaga kenangan kami.
*****
Setelah Umming berpulang, aku sakit dan mamaku juga sakit, ingatan tentang Rahma mulai sering muncul.
Entah kenapa, ingatan kepadanya selalu saja berujung perasaan sedih.
Mungkin karena aku sering memikirkan bahwa semua akan lebih mudah andai
dia ada bersama kami.
Dia kakakku. Saya juga selalu ingin menjadikan dia perempuan
istimewa. Saya ingin membahagiakannya sebagai seorang saudara. Tapi
tidak, itu semua hanya imajinasi. Semu. Itu hanya kerinduan yang tak
pernah berwujud. Sebab waktu telah memisahkan kami sebelum saya sempat
mengenalnya.
Telah lama dia tenang di surga. Telah lama dia meninggalkan kami
semua. Tapi dia pasti tahu, saya sangat mencintai dan sangat
merindukannya seperti perempuan-perempuanku yang lain.
Barru, 30 Mei 2013
(Saat tunggu giliran mandi)
Rabu, 17 Juli 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya