Rabu, 17 Juli 2013

Pagi Ini..., Masih Susah Makan


Pagi ini; Bambang yang PNS sedang bersantai. Ini Minggu dan tak perlu masuk kantor. Pekan depan terima gaji. Pagi ini; Si Salim sedang mengantre penumpang di terminal. Sepertinya sepi. Wajahnya melukiskan cemas. Minggu depan, istrinya akan melahirkan dan penumpangnya dirampas pelat hitam.


Pagi ini; Setelah menghabiskan seluruh isi kantongnya, Si Frenky pulang. Masih mabuk. Tujuh hari ke depan, duitnya banyak lagi dan hura-hura lagi. Pagi ini; Si Ina masih memegang perutnya yang sakit dan lapar. Ini Minggu, berarti sudah dua hari ia tak makan. Ia miskin, tapi selalu saja lolos dari survei saat ada pembagian bantuan.

Pagi ini; Si Lulu dan Si Bucek baru saja sampai di rumah dan memarkir mobilnya di garasi masing-masing. Menjelang subuh, mereka berpisah setelah semalaman bersama. Malam minggu mendatang, keduanya janji ketemuan di Bali untuk senggama tak halal lagi. Pagi ini; Daeng Raju masih di becaknya. Sejak kemarin ia tak pulang. Ia tak sanggup, belum ada uang untuk mengepulkan asap di dapur. Belakangan bentor telah merampas haknya.


Pagi ini; Si Pak Bos Hasan menerima telepon dari istrinya. Ia kaget, yang tidur di sampingnya ternyata jauh lebih muda. Sejak minggu lalu dia pindah tempat tidur. Pagi ini; Si Minze baru keluar dari hotel. Pria bejat yang telah menggigit puting susunya hanya membayar separuh. Demi sekolah adik dan obat ibunya, sepekan ia telah melacur.


Pagi ini; Si Ruhuk menghitung uang untuk pemilu legislatifnya. Belasan miliar telah tersedia. Tak jelas dari mana asalnya, uang itu terkumpul tak sampai delapan hari. Pagi ini; Si Soimah masih juga termenung. Ia masih memikirkan pengumuman UN. Namanya tidak ada di daftar siswa yang lulus padahal cita-citanya tinggi. Seminggu dari sekarang mungkin ia akan menerima lamaran si tua bangka yang terus memaksa ayahnya yang berutang.


Pagi ini; Si Labotak tersenyum. Ia ingat tumpukan kayunya di hutan. Bersama jualan Cap Tikusnya, bisnis ilegal ini telah membuatnya sangat kaya dalam beberapa pekan saja. Banyak yang cemburu padanya. Pagi ini; Si Sabar sedang sekarat di rumah sakit. Tak ada uang, jadi tak ada obat untuknya. Hampir sepekan ia minta pulang ke rumah.

Pagi ini; Si Kakek Saleh lagi asyik menyeruput kopi. Wajahnya bahagia. Tak sia-sia perjuangannya menghabiskan beratus-ratus minggu di lokasi tambang. Pagi ini; Si Ainun sedang mengaji. Telah seminggu ia belajar Alif Ba Ta Tza. Itu bekalnya kelak.

Pagi ini; Dua menteri dari sebuah republik sedang berbincang. Tawa mereka besar di sebuah lobi hotel. Mungkin seminggu lagi tip proyek sudah terkumpul. Pagi ini; Si Beddu was-was di rumah. BBM akan naik dan PHK mengancamnya. Bisa jadi, ini pekan terakhir ia bekerja.

Pagi ini; Si Rendy sedang main skateboard. Dengan kaca mata hitam, Ibunya menunggunya di mobil Mercedez. Bahagia sekali mereka. Pagi ini; Si kecil Marsyah sedang menangis. Susunya tak terbeli, barang-barang melonjak selangit setelah kabar harga minyak bakal naik.

Pagi ini; Si Ahmat memberi tip 10 juta untuk si Ninik. Katanya untuk pertemanan saja. Malam Minggu yang lain, kalau Ninik memberinya servis yang bagus, dia tak perlu naik taksi lagi. Itu seperti kisah pencucian uang di tivi. Pagi ini; Si Tarji dibangunkan teriakan ibunya. Dia belum juga bekerja. Ijazahnya sudah enam: TK hingga master. Berpekan-pekan berkeliling cari kerjaan, tak ada lowongan.

Pagi ini; Si pejabat itu lakukan sidak. Ah, pencitraan saja. Baru sepekan lalu dia bilang siap jadi cawapres. Pagi ini; Si Aco yang masih SD bersedih. Mulai pekan depan, ia tak lagi sekolah. Ayahnya yang pergi merantau ke Malaysia tak ingat pulang. Ibunya sakit-sakitan dan kini, ia siap tak siap harus mulai membanting tulangnya yang masih pipih.

Pagi ini; stik golf masih terayung. Dua bos sedang membicarakan bisnis. Katanya, gampang kalau cuma bakar pasar. Asal bisnis lancar dan uang mengalir, Minggu malam pasar itu bisa langsung rata dengan tanah. Pagi ini; Si Embo melamun di depan sayur jualannya yang mulai mengering. Kabar yang ia terima, mereka akan tergusur. Makan apa minggu depan? Itu mengganggu pikirannya.

Pagi ini; berita masih saja tentang si eyang, si Arya dan si Fathonah.
Artis dadakan. Demi Tuhan, bukan pengalihan isu. Pagi ini; negeri ini belum berubah. Masih susah makan, masih banyak yang korup dan sampai jumpa di pagi yang sama....


Makassar, Minggu, 26 Mei 2013
(Pagi ini)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya