Rabu, 17 Juli 2013

Ujian Nasional

INDONESIA telah banyak berubah.
Negeri ini seperti amat menakutkan.
Entah kenapa, sebulan terakhir, begitu banyak masalah yang terjadi. Belum tuntas satu persoalan, ujian lain muncul lagi. Negeri ini seolah tak dibiarkan untuk berdiri tegak. Kabar buruk terus menggoyangnya.

Ujian pertama datang dari bawang. Stok hilang. Hargapun melambung. Masyarakat menjerit, pemerintah kelabakan. Siapa yang bermain? Entahlah.

Saat bawang masih jadi perdebatan, masalah muncul di bidang hukum. Jumat, 22 Maret hakim Pengadilan Tipikor Bandung Setyabudi Tejocahyono membawa kabar buruk untuk penegakan hukum. Ia ditangkap petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena disinyalir menerima suap. Ada apa dengan penegak hukum kita? Entahlah.

Sehari berselang, bapak-bapak oknum Kopassus turut menyumbang masalah. Mereka main hakim sendiri. 11 Oknum Kopassus menyerbu Lapas Cebongan. Serangan Sabtu dini hari, 23 Maret 2013 itu menewaskan empat tahanan. Mereka balas dendam atas kematian rekannya sesama Kopassus. Apakah mereka sudah tak percaya dengan proses hukum? Entahlah karena dua pekan sebelumnya, oknum TNI juga membakar Mapolres Oku, Sumatera Selatan karena kasus pembunuhan rekannya.

28 Maret 2013, kabar buruk negeri datang lagi. Saat menangkap bandar Togel, Kapolsek Dolok Pardamean, AKP Andar Siahaan dibunuh. Tragis. Ada apa dengan warga? Entahlah. Yang pasti belakangan ini warga seperti mulai tidak takut dengan aparat.

Perlakuan hukum yang kurang adil juga dipertontonkan Maret. Dalam kasus dugaan penganiayaan, artis Eza Gionino menjalani sidang perdananya dengan tangan diborgol. Ia juga mengenakan baju tahanan. Saat dalam sel di pengadilan, wajahnya disorot infotainment. Jelas ini perlakuan tidak adil. Lihat saja para koruptor yang diperiksa KPK atau yang menjalani persidangan di pengadilan tipikor. Mereka tampil dengan dandanan terbaiknya. Lalu dimana rasa keadilan hukum kita? Bisa jadi koruptor memang mendapat keistimewaan sebagai penjahat elite di negeri ini.

Heboh kasus bocornya sprindik Anas Urbaningrum juga menguncang Maret. Tapi banyak kalangan berpikir bahwa heboh sprindik ini hanya dibesar-besarkan. Bisa jadi kasus kondom bocor lebih serius ketimbang sprindik bocor. Ketua KPK, Abraham Samad malah menyebut ini bagian dari rekayasa menyingkirkan dirinya. Praktisi hukum, Ahmad Rifai, setuju dengan pernyataan Abraham. Kalau demikian, ada apa di internal KPK dan pemberantasan korupsi kita? Mungkin ada masalah besar yang harus diperjelas.

Maret ditutup dengan kabar duka dari Palopo. Pemilihan wali kota berakhir rusuh dalam proses rekapitulasi pada 31 Maret. Kantor pemerintah dibakar. Warga yang tak terkontrol juga membakar kantor media. Kenapa mencari sosok pemimpin harus berakhir memalukan? Mungkin rumput yang bergoyang pun tidak tahu jawabannya.

Saat negeri ini melangkah ke April,
masalah belum menjauh.
9 April, dugaan malapraktik bayi Edwin di salah satu RS mencuat ke permukaan. Jari tangan kanan bocah 2,5 bulan itu diamputasi tanpa pemberitahuan kepada pihak keluarga. Awalnya tangan Edwin membengkak dan menghitam setelah diinfus. Ini kasus malapraktik keberapa? Mari kita cari jawabannya di google.

Lalu dua hari berselang, kita dikagetkan dengan kasus bunuh diri remaja putri, Asrina. Warga Sulbar itu memutuskan mengakhiri hidupnya karena tak bisa sekolah.
Asrina sempat mendaftar di SMPN 1 Wonomulyo namun tak lulus. Bapaknya, Nasir membeberkan bahwa rencana bunuh diri pernah disampaikan. Dan Asrina membuktikan rencananya itu.
Ada apa dengan dunia pendidikan kita? Asrina membuktikan kejamnya dunia pendidikan memperlakukan dirinya.

Lain lagi kabar buruk yang disampaikan Supardi, 18 tahun. Ia tepergok mencuri motor korban banjir bandang di Demak, Jawa Tengah. Jumat, 12 April, Supardi dibakar hidup-hidup. Memilukan. Apa yang mendorong Supardi yang masih tergolong remaja itu sehingga nekad mencuri? Barangkali kesulitan ekonomi menghimpitnya di negeri kaya ini.

Yang terbaru, ujian nasional kita datang dari dunia pendidikan. Kasus Ujian Nasional (UN) menghantam negeri tercinta ini. Distribusi soal UN bermasalah. 11 provinsi tak kebagian soal. UN pun tertunda. Saat soal sudah terdistribusi, masalah tak berhenti. Tidak semua sekolah mendapatkan soal. Ada juga yang kekurangan soal dan terpaksa memfotocopy-nya. Ini masalah serius. Untuk pertama kalinya UN tak serentak. Lalu buat apa mengeluarkan anggaran hingga Rp600 miliar jika hasilnya begini? Hapuskan saja UN.

Ya, Indonesia kita tertimpa banyak masalah awal tahun ini. Ujian silih berganti. Tapi, kita tidak boleh putus asa. Indonesia negara besar dan masih lebih banyak kebahagiaan yang kita bisa dapatkan. Masih banyak orang baik di negeri tercinta ini. Masih lebih banyak yang menginginkan negeri ini menjadi lebih baik. Mungkin itu termasuk kita? Insya Allah dan semoga harga BBM tidak naik.

Barru, 18 April 2013
(Saat oleng dan berada di bawah pengaruh obat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya