Rabu, 17 Juli 2013

Setahun Sudah dalam Dekapan Mielitis Transversa

Awalnya saya berpikir ini takkan lama. Ketika memutuskan ke rumah sakit pada Kamis, 10 Mei 2012, saya meyakinkan diri hanya butuh dua pekan untuk pengobatan dan memulihkan kondisi. Setelah itu saya bisa kembali pada rutinitas normal.


Keyakinan itu bertahan bahkan setelah alat bantu pernafasan
sudah menutupi sebagian besar wajah saya.

Tapi manusia memang hanya sebatas berencana. Pada akhirnya, Sang Khalik-lah yang menentukan.
Pekan yang disusul bulan berlalu, saya nyatanya belum sembuh.

Dan hari ini, Jumat, 10 Mei 2013, setahun sudah saya sakit. Sudah setahun Tuhan "mencuci" saya dengan cara terbaik-NYA.

Alhamdulillah, berbekal semangat yang turun naik dan seorang istri yang selalu setia merawat, saya mampu bertahan hingga sejauh ini.

Tapi tetap saja ini perjalanan hidup yang berat. Saya yang sebelumnya merasa diri begitu kuat dan sehat hingga kadang tak yakin bisa sakit separah ini, ternyata harus takluk pada takdir Tuhan.

Sekarang saya pun harus menerima realita bahwa dunia yang sebelumnya terasa begitu luas kini telah menjadi sangat sempit. Tak ada lagi tulisan status OTW di FB atau BB. Kelumpuhan telah memasung saya. Kenyataan telah memaksa saya untuk menghabiskan hari di kamar bersama ranjang dan kursi roda.

Tapi, sakit selama setahun adalah pelajaran hidup yang sangat baik.
Di antara bermacam kesedihan, banyak hikmah di balik itu.
Termasuk, saya kini bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga.

Dulu, sebelum sakit, menurut istri dan anak saya, sangat sedikit waktu kebersamaaan kami. Saya terlalu menikmati kehidupan saya sendiri hingga kerap mengabaikan mereka. Kini, Syifa, anak kedua saya tak pernah lagi berkata, "Ai..Ayah, mau pergi lagi."

Hikmah lain, saya merasa jauh lebih dekat dengan Tuhan. Saya yakin, Sang Khalik selalu ada di sekitar saya. Setiap saat DIA memperhatikan gerak gerik saya, mengamati perjuangan saya untuk sembuh dan tersenyum melihat tingkah si bungsu, Arung Mario yang semakin lucu.

Hampir setiap saat saya berkomunikasi dengan Tuhan.
Meski komunikasi itu hanya berupa doa atau kadang ratapan nasib.

Kesyukuran lainnya, saya sepertinya lebih rajin dan selalu berusaha tepat waktu untuk beribadah. Meskipun harus lebih banyak salat sambil berbaring.

Dalam kondisi sakit, banyak kisah lucu menyertai salat saya.
Misalnya pernah salat subuh pukul satu malam. Saat itu saya terbangun dan melihat ke arah jendela. Suasana di luar seperti sudah hampir pagi. Suara kendaraan yang sepertinya mulai ramai juga meyakinkan saya. Tanpa berusaha melihat jam di HP, saya segera bertayammuh dan salat. Setelah itu, seperti kebiasaan setiap selesai salat subuh, saya meraih HP dan berniat membuka FB. Saat itu saya baru sadar ternyata belum saatnya waktu salat subuh untuk Barru dan sekitarnya.
Hehehe....Menertawai diri sebentar, tidurpun dilanjutkan.

Pernah juga saya harus salat subuh tiga kali. Ceritanya, saat terbangun, saya langsung salat. Pada rakaat kedua saya baru sadar ternyata belum bertayammuh. Terpaksa salat diulang.

Saat salat yang kedua kalinya selesai, lagi-lagi saya harus menertawai diri sendiri. Ternyata saya salat hanya mengenakan celana pendek sebatas paha. Syarat aurat tak terpenuhi dan terpaksa salat diulang lagi untuk yang ketiga kalinya.

Yang tak kalah lucu, saya kadang tertidur saat sementara salat tahajud dan salat subuh. Tapi biasanya, setelah tertidur beberapa menit, saya langsung terjaga dan mengulang salat.

Tak jarang juga saya dibuat kebingungan oleh mimpi salat. Saya bingung, apakah sebelumnya memang sudah salat atau itu hanya mimpi.

Ya, ini memang tahun yang berat.
Tapi perkembangan positif kondisi tubuh saya membuat saya tak harus patah semangat. Saya mungkin hanya perlu bersabar dan berpikir positif bahwa sakit ini jauh lebih ringan dari yang pernah dialami orang lain. Dan mudah-mudahan Allah swt menyembuhkan saya.

(Barru, pada sore yang dingin di 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya