Bermimpi saja tidak pernah, bagaimana tiba-tiba mau menjadi artis.
Oleh: Amiruddin Aliah
Banyak artis dadakan yang muncul. Tapi itulah hidup. Tidak ada yang bisa menyangka Tuhan akan memperlihatkan apa esok.
Lagi terapi, tiba-tiba tertarik membahas "artis" dengan si tersayang (siapa kira-kira?).
Mungkin karena sedikit jenuh dengan berita-berita artis dadakan itu yang kadang panggungnya dipaksakan.
"Seandainya saya jadi artis, pasti sering muncul di infotaiment
juga. Ibu juga pasti. Kira-kira kalau ibu diwawancarai infotaiment
selaku istri dan manajer saya soal hubungan keluarga kita, akan jawab
apa? Ceritanya kan kita jadi pasangan selebritis terbaik 2013." Saya
mulai menggoda Eka.
Dan reaksi Eka hanya berupa ketawa besar. Terkekeh dan sangat terasa
kuat kadar "melecehkannya". Ia mungkin tak yakin dengan kemampuanku.
Bisa jadi.
"Tapi masalahnya Bu, kalau saya artis, pasti nama selebritiku bukan
Amiruddin. Ya, minimal Aldy lah. Aldy Mario. Masak jadi vokalis band
namanya Amiruddin." Saya ngotot bertahan dengan tema artis ini. Eka
lagi-lagi bereaksi. Ketawanya jauh lebih besar. Wajahnya memerah.
Mungkin kali ini dia membayangkan sorot kamera di sekitar wajahnya yang
saya perhatikan semakin ayu.
"Misalnya diperkenalkan saat sedang sepanggung dengan grup band
lain. Nah, kita tampilkan, Arieeeeeeeel Noahhhhhhhh (bergemuruh)." Kan
namanya cocok tuh.
"Selanjutnyaaaaa, sambutlah Giring Nidji dan Naga Lyla!!!. Namanya pas diterikkan host.
"Persembahan terakhir, vokalis band muda terbaik tahun ini, Amiruddinnnnn Kabutttt Bandddd." Semua kabur.
Kini tawa Eka sudah sangat besar. Selanjutnya Ia berdiri, pergi dan meningggalkanku. Terapi berhenti. Apa ya di pikirannya?
Bicara dunia keartisan, saya sebenarnya memang pernah di jalur
menuju itu. Tahun 2000, saya dipaksa jadi vokalis band. Itu tadi,
namanya Kabut Band.
Saya bilang dipaksa karena, Anca, Asdar, Saenal mendatangi saya
suatu hari di pondokan mahasiswa Unhas tanpa memberi pilihan lain.
Mereka bahkan tak menunggu saya mengangguk. Susah menolak. Mereka teman
dan keluarga dari kampung di Barru, Sulsel.
"Kita mau ikut festival tapi tidak ada vokalis," kata Asdar, sang
gitaris. Berwajah rupawan, Asdar saat itu punya modal besar jadi idola
cewek-cewek. Piyu Padi (maaf) lewat. Andra Dewa 19 (maaf juga) tak
sebanding. Intinya dia gagah dan akan sangat membantu vokalis yang tak
terlalu jelek. Ya, mungkin salah satunya vokalis seperti saya.
Lalu, latihanlah kami.
Menyanyi sebenarnya bukan hal baru bagi saya. Mungkin itu juga
alasan Asdar, Anca, Saenal memilih saya jadi vokalis. Sejak SD saya
sudah ikut acara 17-an mewakili sekolah. Itu berlanjut hingga SMP. Tak
pernah juara.
Saat remaja, saya juga sering "mengacau" pesta pernikahan orang
dengan menyumbangkan lagu di "orkes" atau electone. Ada beberapa lagu
andalan saya. Dari Dandut, lagu Bugis, lagu-lagu band RC Formation,
Stinky dan terakhir-terakhir saya lebih romantis dengan lagu-lagu
kenangan.
Namanya vokalis band baru, tetap saja sulit. Apalagi lagu yang akan
kami bawakan masih asing bagi saya. Lagu wajib festival kami pilih milik
Boomerang, Tragedi. Rock man!! Lalu lagu wajibnya, Knockin' on Heaven's
Door punya Guns n Roses.
Sedikit bernostalgia...
Mama take this badge from me
I can't use it anymore
It's getting dark too dark to see
Feels like I'm knockin' on heaven's door
Kn-kn-knockin' on heaven's door
Kn-knockin' on heaven's door
Kn-knockin' on heaven's door
Kn-knockin' on heaven's door
dan seterusnya.......
Lagu GnR ini yang susah banget buat saya. Seumur-umur, itu lagu bule pertama yang saya nyayikan.
Tapi kalau lagu ulangtahun "Happy birthday to You..dimasukkan juga, maka itu lagu barat kedua saya.
Menghafalnya susah. Menyebutnya balepotan. Lebih buruk dari belepotan.
Tapi setelah kerja keras, keluar masuk studio musik, akhirnya siap
tampil juga. Festival musik yang berlangsung di gedung Almazdar, Barru,
Sulsel itu akhirnya jadi panggung pertama saya sebagai anak band. Anak
band coy (berhenti menulis sejenak sambil memetalkan tangan).
Agar kelihatan jelas kadar anak band-nya, kami pakai pakaian
hitam-hitam. Sedikit sensasi, baju dipakai terbalik. Semua berjalan baik
malam itu. Tali gitar Asdar putus namun tak mengganggu penampilan kami.
Yang membuat saya sedikit kikuk hanya saat lampu dipadamkan pada lagu
"Knockin' on Heaven's Door". Hanya ada cahaya buram mengiringi lagu itu.
Wow terasa konser!!
Seperti prediksi kami sejak awal, tak ada juara malam itu. Namun
setidaknya saya kembali ke Makassar, kuliah lagi, dan senang sekali.
Debut tak memalukan di panggung festival.
Setelah dari festival, kami buat bazar musik di Tanjung Butung
beberapa pekan kemudian. Ada juga kesempatan tampil di bazar musik yang
dilaksanakan di kota Pangkep. Selanjutnya, vakum dan berhenti total
tanpa pernah berpikir tentang lagu sendiri apalagi sebuah album. Jatah
selebritis pun lepas, pudar, hilang, lenyap, musnah, sirna dan tak
berbekas. Semua kini hanya menjadi kenangan.
Begitulah. Saya kini bukan artis.
Tapi yakinlah, bukan nama Amiruddin yang menggagalkan nasib artis
saya. Toh, Saya memang tak pernah punya mimpi menjadi seorang artis dan
menjadi wajar ketika tak pernah berusaha merealisasikannya. Dan, demi
Tuhan, takdir saya memang bukan artis! Tidak seperti mereka yang dadakan
itu.
Barru, Rabu, 29 Mei 2013
(Masih pagi di Barru bersama sebuah nostalgia panggung).
* Catatan: Dengan nama Amiruddin, saya sangat bangga. Pengguna nama
itu adalah orang-orang baik, hebat, bergelar profesor dan berjabatan
tinggi.
Rabu, 17 Juli 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya