Jumat, 17 Desember 2010

Orang di Sekitar Kita

Namanya Dg Aco Syahrul. Ia pria tua berdasar gurat wajahnya. Sebab usianya sebenarnya baru 40-an tahun.

Mengayuh dan mengayuh, adalah kenyataan yang harus ia jalani saban hari. Sebab takdir memang mengarahkannya sebagai tukang becak.

Hidupnya berat. Bisa jadi malah sangat susah. Dengan tujuh anak hasil produksi bersama istrinya, Sitti Ayunsri Aliyah, mau tidak mau, Dg Aco Syahrul harus menghempas tulang setiap hari. Tak boleh surut oleh panas, hujan, apalagi kalau hanya sekadar asap dari knalpot kendaraan saat ia tengah mengayuh.

Di rumahnya di Jl Abdullah Dg Sirua, jangan berharap ada kemewahan.

Tapi keluarga ini tak pantang menyerah. Aco Syahrul dan Ayunsri Aliyah bahu membahu demi anak-anak mereka. Saat suaminya berpeluh keringat dalam sengatan terik, Sitti Ayunsri Aliyah mencoba membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Tanpa ijazah yang layak, ia rela menjadi tukang cuci di rumah salah satu keluarga pejabat di Kota Makassar.

Suatu hari, Ayunsri Aliyah berbincang dengan pemilik rumah tempatnya mencuci pakaian dan digaji.
"Kalau ada nasi atau ikan yang sudah mau basi atau sudah basi sekalipun, jangan kita buang. Berikan saja ke saya," kata Ayunsri Aliyah.

"Tapi buat apa? Itukan tidak bisa lagi dimakan?" tanya keluarga pejabat.

"Kami akan keringkan atau digoreng lalu dimakan," jelas Ayunsri Aliyah tanpa malu untuk jujur.

"Wah, jangan makan makanan yang sudah basi. Bisa sakit," kata keluarga pejabat sedikit kaget.

"Kalau kita berikan ke saya di rumah itu jauh lebih baik dan lebih bersih. Sebab kalaupun kita buang di tempat sampah, kami juga tetap akan memungutnya, mengeringkannya, menggorengnya, dan lalu memakannya," ujar Ayunsri Aliyah yang membuat keluarga pejabat itu menjadi sangat paham tentang pentingnya makanan, bahkan basi sekalipun untuk seorang yang miskin.

TapiAllah SWT maha adil. Jka si keluarga pejabat pernah atau sering sakit-sakit, keluarga si tukang becak malah sebaliknya. 

"Ia sama sekali tidak sakit bersama anak-anaknya. Saya pernah tanyakan itu pada istrinya," kata pejabat kota itu ke saya, Sabtu, 27 November lalu.

Kisah kemiskinan ini mungkin banyak di Sulsel. Sebab orang-orang demikian memang bisa jadi ada di sekitar kita. Cuma apakah kita atau pemerintah kita peduli? Tanya saja rumput yang sudah kering dan tak lagi bergoyang....

(Ketika saya tersentak membaca catatan seorang teman Selasa, 30 November pagi ini)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya