Rabu, 20 April 2011

Berkesenian Bermodal Feeling

*Erwin Sulaiman, Player dan Arranger Sulsel
Erwin Sulaiman pernah merasa sedih. Ia lalu minggat dari rumahnya. Untungnya, tayangan TVRI melunakkan hati kedua orang tuanya. Itu 16 tahun lalu saat Erwin mulai mencari jati dirinya sebagai musisi.


MASIH pagi ketika Erwin menerima kami di rumahnya di Jl Mawas II No.488, Makassar. Ia bahkan baru saja bangun. Cukup lama kami menunggunya sebelum ia muncul setelah dibangunkan istrinya.  

Rumah Erwin di sebuah lorong sempit. Selain menjadi rumah tinggal juga sebagai tempat menjahit dan percetakan. Di sekitar rumahnya, Erwin dikenal dengan nama Ical. Saat menerima kami, terdengar jelas suara musik dari studio di samping rumahnya.

"Subuh baru saya tidur. Baru berhenti kerja," katanya membuka pembicaraan.

Mungkin tak banyak yang mengenal Erwin alias Ical. Tapi di kalangan musisi di Jakarta, dia cukup familiar. Maklum saja, ia pernah sepanggung dengan musisi tenar seperti Idan Rasyidi, Dewa Bujana, dan Sandy Luntungan. "Itu tahun 1996 silam. Saya bertiga dengan teman dari Makassar berkolaborasi dengan mereka yang tergabung dalam All Star di Jazz Etnik Makassar. Saat itu saya pegang gendang," bebernya.

Personel Krakatau Band juga cukup akrab dengan Erwin. Grup band jazz ternama Indonesia yang diperkuat Dwiki Darmawan juga pernah berkolaborasi Erwin di Benteng Fort Rotterdam. "Kebetulan ketemu saya, mereka cocok, dan kita langsung kolaborasi. Saat itu tidak ada latihan dan kita tampil untuk membawakan lima lagu. Jadi mengalir saja.
Tapi belakangan mereka datang kembali ke Makassar dan bertemu saya. Rencananya mereka akan mengangkat musik etnik di Sulsel. Itu kerja sama terbaru kami dengan Krakatau Band," bebernya.

Khusus untuk band atau penyanyi Sulsel, Erwin lebih dikenal lagi. Ia sempat membuat aransemen lagu sejumlah penyanyi seperti Maharani dengan lagu Mappadendang yang cukup asyik di telinga, Dian Ekawati, Tenri Ukke, serta beberapa nama lainnya. Khusus lagu Mappadendang, kini banyak dijadikan nada sambung pribadi (NSP) untuk telepon seluler. Tapi jangan berharap musiknya seperti dulu, sebab sentuhan tangan Erwin telah mengubahnya menjadi lebih modern tanpa meninggalkan warna aslinya sebagai lagu daerah Sulsel.

"Untuk aransemen musik tradisional, empat etnik sudah saya kerjakan. Sudah ada beberapa di antaranya yang masuk recording dan dipatenkan. Untuk aransemennya, kita melakukan beberapa penelitian ke daerah. Makanya lumayan lama per etnik. Karena berbicara Makassar misalnya, bukan sebatas wilayah Makassar saja, tapi ada Gowa, Jeneponto dan lainnya. Bugis juga demikian. Yang paling sulit dari empat etnik ini Mandar. Terlalu banyak varian dan masyarakatnya tidak terlalu terbuka," beber Erwin.

Erwin mengaku, sejak 2004 silam mulai aktif mengaransemen musik tradisional. Ia melakukan aransemen hampir semua genre. Misalnya lagu Bugis, Indologo, dari klasik, pop, hingga rock. "Itu dengan judul yang sama. Kalau genre rock, kita angkat dasarnya terus dibubuhi dengan rock. Logika saya, harusnya intisarinya etnik lalu dibubuhi dengan rock. Jadi kalau rock itu diangkat, kelihatanlah akarnya, oh ternyata etnik," katanya.

Tapi langkah Erwin tak mudah. Aransemen musiknya kadang memunculkan pikiran negatif. Banyak yang kurang sepaham. "Ini (musik, red) dikenal seperti ini dari turun temurun dan tiba-tiba kita mengubahnya. Jadi kadang ada yang tersinggung. Tapi tujuan saya jelas. Saya mau mempertahankan budaya itu walaupun mungkin terlalu pop. Saya selalu ingin musik etnik kita update di setiap masa. Masa 2011, saya pakai bahasa 2011. Jangan saya pakai bahasa 60-an yang tidak banyak lagi orang yang kenal. Tapi sekali lagi, itu tanpa membuang akarnya. Tidak mungkin saya membuang akarnya, sebab saya berasal dari sana," tegasnya.

Apa yang diraih sekarang bukan lah hal mudah bagi Erwin. Hanya lulusan SMA Bina Karya, Erwin harus belajar otodidak. Baginya, bermusik itu muncul begitu saja. Seiring usianya 17 tahun, ia bergaul dan akhirnya kenal gitar. Itulah yang menjadi bibit munculnya jiwa seni dalam tubuhnya melengkapi jiwa seniman yang diturunkan ibu bapaknya. Meski ada darah seni dari orang tuanya, awal kiprahnya, Erwin mendapat penentangan.

"Saya sedih ketika itu sebab saya tidak didukung bapak. Orang tua tahunya musik itu gitar, atau drum. Gendang dan seruling, itu bukan pekerjaan orang kita kata mereka. Saya tidak diterima. Akhirnya saya ambil diri. Saya ambil pakaian, saya pergi ke sanggar. Saya tinggal di sanggar," kisahnya.

Tapi tak lama, Erwin dipanggil kembali oleh bapaknya. "Tidak sampai sebulan saya minggat, saya sudah dipanggil. Tetangga yang melihat saya rutin tampil di TVRI dalam beberapa acara tarian, musik simponi kecapi, seruling dan teater, menyampaikan ke bapak yang akhirnya melunak," beber pria yang menguasai gendang, kecapi, harmonika, seruling, pui-pui, gambusu, keso-keso dengan hanya mempelajari buku panduannya.

Soal alat musik yang banyak dikuasainya, Erwin mungkin orang yang beruntung. Pasalnya, dia belajar sendiri. "Jadi saya cukup mengenal alatnya. Lalu saya cari tahu lagu apa yang bisa dimainkan dengan instrumen seperti itu. Ini faktor memori dan modal saya berkesenian hanya feeling," katanya.

Selain faktor penguasaan beberapa alat musik, Erwin juga terbantu dengan teman-temannya yang memiliki kegelisahan sama. Erwin mulai menginjak dunia pentas 2004 silam. Saat itu ia sudah masuk ke salah satu sanggar. Di situlah ia menggali dan mulai cukup mengenal lagu yang kemudian diaransemen. Saat itu juga Erwin mulai membagi ilmunya di sejumlah kampus, termasuk UIN Alauddin, Unhas, dan UNM. Ia juga sempat menjadi penatar Tari Pakkarena di Bulukumba.

"Saya mau etnis kita yang menjadi trend. Bukan pengaruh dari luar. Kita sangat kaya dengan keberagaman etnis dan budaya. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa ada beberapa orang dari luar wilayah kita yang melirik ke sini. Mereka ingin menggali dan mengambil musik etnik kita. Sebelum dipatenkan orang lain, mendingan kita yang patenkan," katanya soal obsesinya sebagai musisi yang mengaransemen musik-musik tradisional. (amiruddin@fajar.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya