(Menyorot Fenomena Pengendara di Bawah Umur) Syifa masih sangat muda. Menghitung umurnya masih bisa dengan jemari. Dia memang masih lima tahun. Masih taman kanak-kanak. Yang dia tahu baru sebatas menghafal huruf. Tapi untuk mengenali huruf demi huruf, kadang masih harus berdebat dengannya. Syifa itu anak saya. Sedikit manja. Kemana-mana, selalu mau ikut. Kalau melihat saya sudah mengambil kunci motor, pasti dia akan segera berdiri. Pegang tangan, lalu berlari ke motor dan naik. Susah melarangnya. Namanya juga anak-anak. Di atas motor, saat kami mulai menyusuri jalan-jalan di kompleks tempat tinggal kami di Bumi Tamalanrea Permai, Makassar, sangat sering kami berpapasan dengan anak-anak yang hanya terpaut beberapa tahun di atas umur Syifa sedang menggeber motornya. Kadang sendiri, sebagian lainnya berboncengan. Tak jarang mereka berboncengan tiga orang. Mereka terlihat begitu gembira. Memainkan gas layaknya geng motor yang sedang konvoi hingga suara terdengar bising. Wajah-wajah mereka terlihat bangga dan bahagia.Tak jarang mereka melaju dengan kecepatan yang tak bisa dibilang pelan. Atau meliuk-liuk di kiri kanan mobil, tanpa helm sebagai pelindung kepala. Mereka terlihat seperti orang dewasa yang tanpa rasa takut. Padahal saat akan berhenti atau memelankan motor, sangat jelas kaki-kaki mereka sebenarnya belum cukup panjang untuk menggapai jalanan dengan baik. Lain waktu, saat melintas di depan SMAN 21 Makassar atau SMPN 30 Makassar, pemandangan sama di pagi atau siang hari ketika siswa pulang sekolah, juga terlihat. Puluhan atau bahkan ratusan pelajar datang ke sekolah dengan mengendarai motor. Tak mengherankan jika saat penentuan kelulusan, konvoi kendaraan pelajar dengan pengendara tanpa helm, baju tercoret-coret dan suara knalpot meraung, masih terus saja berlanjut. Seolah tak ada yang bisa menghentikan mereka. Mungkin karena keseringan melihat anak-anak di bawah umur mengendarai motor, atau bisa jadi karena pernah mendengar anak tetangga kami, Wahyu bercerita dengan bangga jika telah pintar naik motor, Syifa kadang merajut ke saya. "Ayah, kalau sudah besar, ajari saya naik motor ya?" Begitu yang sering ia lontarkan. Syifa masih sangat kecil, tapi ia mulai punya keinginan mengendarai motor. Saya yakin, hasrat Syifa ini tak jauh beda dengan anak-anak lainnya yang kerap melihat para pengendara cilik di sekitarnya. Sebagai anak-anak, dia belum tahu bahaya yang mengancam di jalan. Ia belum tahu bahwa sudah begitu banyak anak-anak di bawah umur yang nyawanya terenggut di jalan. Kebetulan saya berteman dengan Kasat Lantas Polrestabes Makassar, AKBP M Hidayat di BlackBerry. Pada beberapa kesempatan, lewat BBM (BlackBerry Messenger) dia menginformasikan ke saya sebagai jurnalis, tentang kecelakaan di Makassar. Sangat sering ia mengirim informasi soal kecelakaan yang menimpa pengendara di bawah umur. Data dari kepolisian juga memang menyebutkan bahwa kalangan pelajar yang belum cukup umur, paling banyak melanggar lalu lintas. Sebagian besar belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Tak heran beberapa waktu lalu kepolisian melangsir sekitar 1.230 kendaraan bermotor yang terjaring razia sebagian besar tak memiliki SIM.Dan mereka itu rata-rata pelajar atau pengendara di bawah umur. Polisi memang mulai bertindak tegas dengan melakukan penertiban dan penindakan, termasuk menilang siswa di bawah umur yang menggunakan sepeda motor sekaligus menyita kendaraannya. Tapi toh tetap saja pengendara di bawah umur masih berseliwerang di jalan-jalan. Pihak Dinas Pendidikan sendiri sebenarnya juga sudah berupaya ikut serta mengatasi fenomena pengendara di bawah umur dari kalangan pelajar. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Mahmud BM, pihaknya sudah menjalin kerjasama dengan kepolisian untuk mengadakan razia. Dinas juga gencar mengimbau sekolah dan guru untuk lebih tegas soal larangan berkendara. "Kami lakukan pembinaan lewat kepala sekolah masing-masing," kata Mahmud. Satu dua sekolah berhasil menjalankan instruksi itu. Misalnya Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Model Makassar. Mereka betul-betul secara tegas melarang siswanya mengendarai motor ke sekolah. Pihak sekolah meminta orang tua mengantar anaknya ke sekolah dan tidak membiarkan mereka mengendarai motor. Dukungan orang tua memang sangat diharapkan untuk kesadaran anak. Tapi faktanya, masih banyak orang tua yang mengabaikan peran ini. Sebaliknya, anak-anak di bawah umur mulai berkendara lantaran orang tuanya memang menginginkannya. Berbagai alasan pembenarannya. Termasuk bisa ke sekolah sendiri, mengurangi ongkos, hingga gampang disuruh kalau lagi ada yang dibutuhkan dan jaraknya cukup jauh. Akhirnya, yang terjadi orang tua sendiri yang mengajar anaknya mengendarai motor. Mereka tidak sadar bahwa saat itu telah mulai membuka pintu kematian bagi anak-anaknya. Tanpa pengawasan dan kontrol, anak-anak bisa tidak terkontrol saat berkendara. Pemicu lain dari fenomena berkendara anak di bawah umur juga disebabkan begitu gampangnya masyarakat mendapatkan kendaraan. Cukup dengan uang muka Rp750 ribu, oleh dealer-dealer, motor sudah bisa dibawa pulang. Akibatnya, anak-anak kadang menggampangkan untuk meminta dibelikan motor. Tak mengherankan jika sampai tanggal 22 November 2011 angka kecelakaan sudah mencapai 1.085 kasus. Bandingkan dengan tahun 2010 yang hanya 440 kasus. Pekerjaan polisi masih sangat berat ke depan. Upaya integrasi Pelajaran Berlalu Lintas pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah perlu diterapkan agar pemahaman berlalu lintas sejak dini bisa ditumbuhkan. Di akhir tulisan ini saya ingin mengutip BBM Pak Hidayat, Kasat Lantas Polrestabes Makassar, 29 November 2011 . Ia menerima SMS dari seorang pria bernama Ahmad. Isinya: "Pak kasat lantas, temen sy anaknya meninggal kemarin..habis kecelakaan..usianya baru 13 tahun- kelas 1 SMP..naik motor. Kasihan, dia stress sampai skrg ini". Inilah potret sesungguhnya dari fenomena berkendara anak di bawah umur. Anak-anak yang masih terlalu muda telah pergi untuk selamanya dengan cara yang semakin mudah. (Makassar, Jumat, 9 Desember 2011).
Kamis, 08 Desember 2011
Mati Muda Makin Mudah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya