Sabtu, 30 November 2013

Becks!


David Beckham memang bukan pemain sepak bola idola saya. Di timnas Inggris atau di liganya, saya hanya pernah mengidolakan legenda Liverpool, Steve McManaman. Untuk klub, saya juga bukan pengidola Setan Merah, Manchester United, klub yang melambungkan nama Beckham. Di hati saya hanya ada The Blues, Chelsea.


Ketika akhirnya suami Victoria itu pindah ke klub favorit saya di Spanyol, Real Madrid pada 1 Juli 2003, saya tetap tak mengidolakannya. Di El Real, saya telanjur mengidolakan Zinedine Zidane. Zizou dengan dribling dan penguasaan bolanya bagi saya memang lebih baik dibandingkan Beckham dengan tendangan bebas dan umpan akuratnya.

Tapi saat bintang iklan H&M itu tiba-tiba berkunjung ke rumah kami, rasanya sangat istimewa. Luar biasa spesial.

Berbeda dengan kunjungan sebelumnya ke sejumlah negara, kali ini kedatangan Beckham sepi dari hingar bingar. Seperti dirahasiakan, tidak ada fans yang mengerubuti sang bintang. Awak media yang selama ini menguntit kemana pun Becks pergi, juga tak terlihat.

Tanpa harus dorong-dorongan, kami bisa lebih dekat dengan ayah Brooklyn, Romeo dan Cruz tersebut. Kami juga bisa berbincang lepas di ruang tamu. Dan yang paling dinantikan, diharapkan, serta diinginkan, tentu saja bisa foto-foto dengan Sang Megabintang tanpa saling "sikut" atau buru-buru.

Untuk sesi foto ini, seperti saat di kantor dulu, saya salah satu yang paling lincah. Saat Becks sudah memberi isyarat akan pamit, saya langsung berdiri dan mengajaknya foto bareng.

Mumpung bisa leluasa, saya pilih dua gaya. Pertama gaya klasik, berdiri berdampingan seperti patung sambil mengumbar senyum. Gaya kedua, saya minta Beckham naik ke punggung saya. Lalu memintanya merentangkan tangan ke samping seperti sedang berselebrasi gol. Senang sekali rasanya. Dengan gaya seperti itu, saya merasa seolah sedang merayakan gol bersama Beckham di salah satu pertandingan besar kami yang ditonton jutaan pasang mata. Setelah sesi foto-foto itu, Beckham pamit.

Sayangnya, semua kegembiraan dan kejutan dari kunjungan tak terduga Beckham itu langsung sirna seketika. Foto-foto hasil jepretan Yudi, teman yang kebetulan datang ke rumah, ternyata tak seperti yang saya bayangkan.

Di foto pertama, saya hanya berdiri sendiri. Foto kedua tak kalah menyakitkannya. Kali ini memang Beckham sudah terlihat jelas dalam foto. Masalahnya, Yudi hanya mengambil bagian dada tangan dan kepala Beckham. Sedangkan saya, yang terambil kamera hanya ujung kepala dan rambut. Wajah saya sama sekali tak terlihat di foto.

Makin menyakitkan sebab sama sekali tak tampak penyesalan di wajah Yudi. Ia dengan santainya dan bahkan terlihat bangga memperlihatkan foto itu sambil memberi penjelasan.

"Bagus kan? Ini kamu dan ada tangan Beckham di pundakmu. Trus yang foto kedua ini lebih bagus lagi, Beckham di punggungmu."

Saya pikir nasib Yudi sangat beruntung saat itu. Sebab ketika saya sudah sangat marah dan siap melayangkan pukulan, tiba-tiba orang-orang sudah memanggil kami. Hari itu memang ada acara pemindahan makam salah satu keluarga istri saya.

Tidak jelas bagaimana akhir cerita pemindahan makam tersebut. Sebab istri keburu membangunkan untuk salat subuh. (*)

Makassar, 15 Oktober 2013
(Lebaran pertama di BTP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya