Selasa, 20 Agustus 2013

Sepak Bola Kita yang Terjajah

Jika kemerdekaan belum berubah makna, maka saat ini, sepak bola kita bisa jadi memang belum merdeka.

Ya begitulah keraguan dan tudingan banyak orang di negeri ini. Dari saya yang jauh di kampung dan sudah bertahun-tahun tak ke stadion, hingga fans klub, pelatih dan manajer tim. Ada kesimpulan sendiri bahwa sepak bola kita kini sedang terjajah.

Tapi bukan penjajah seperti zaman kolonialisme. Penjajah dalam sepak bola adalah oknum-oknum yang berharap untung tanpa peduli bahwa mereka sedang merusak olahraga kegemaran rakyat, plus cita-cita tinggi pencintanya. Bisa jadi benar, salah satunya mafia.

Yang terbaru dan paling "keras" menyuarakan adanya perampasan kemerdekaan dalam sepak bola Indonesia yakni kubu Persib Bandung dan Sriwijaya FC.

Di beberapa media, pelatih fisik Persib, Dino Sefriyanto menyebut ada mafia di kompetisi ISL. Penilaian itu muncul saat timnya bertandang ke Kalimantan melawab Barito Putra. Dino menuduh adanya main mata yang melibatkan wasit.

"Ini kerjaan mafia, dan skandal wasit. Memang jangankan saya yang sudah sejak lama berkecimpung di dunia sepakbola Indonesia, masyarakat umum pun sudah banyak yang tahu bahwa di kompetisi kita banyak mafianya." Itu penegasan Dino di Montana Hotel, di Kalimantan Selatan, Sabtu (27/7/2013).

Kubu Persib sendiri melanjutkan protesnya ke PT Liga. Komisaris Klub, Kuswara S. Taryono, menegaskan, tujuan mereka melakukan protes, agar semuanya berjalan semakin baik, positif dan membuat sepakbola kita maju ke depannya. Persib ingin sepakbola Indonesia berjalan dalam koridor yang benar dengan citra positif untuk membangun sepakbola ke arah yang lebih baik.

Kecurigaan akan adanya permainan hitam di sepak bola tanah air juga dikritik pelatih Sriwijaya FC, Kas Hartadi. Tak kalah pedas dari Dino, Kas Hartadi meminta ISL dibubarkan saja jika kecurangan dan ketidakadilan di dalam lapangan terus berlanjut.
(IPL bagaimana ya? Mungkin sebelas dua belas)

Dengan tudingan di atas serta fakta di lapangan yang ditonton di tv, sulit bagi kita untuk meyakini adanya kemerdekaan dalam kompetisi sepak bola negeri ini. Sebab di beberapa laga, bukan skill pemain, kekompakan tim, atau strategi pelatih yang mengendalikan permainan. Ada campur tangan orang lain dan itu sangat menentukan hasil. Kebebasan di sepak bola kita telah dirampas "penjajah".

Lalu efeknya pun luar biasa. Pemain ikut-ikutan mengintimidasi wasit. Mungkin mereka tahu pasti faktanya bahwa wasit memang bisa diintervensi. Tak hanya intervensi dengan kata-kata tapi juga melakukan kekerasan fisik; mendorong, menanduk, hingga memukul wasit.

Imbas terburuk dari penjajahan di sepak bola kita adalah terus menurunnya prestasi sepak bola Indonesia. Boleh jadi, pemain merasa kurang memiliki kebanggaan karena tahu apa yang terjadi di persepakbolaan tanah air. Itu seperti yang dikatakan pelatih Chelsea, Jose Mourinho usai timnya mempermalukan pemain timnas dengan skor mencolok beberapa pekan lalu.

"Saya pikir Timnas Anda harus bermain dengan semangat tinggi. Itu adalah cara yg terbaik untuk membuat Timnas Anda lebih baik."

Mungkin Mourinho tahu masalah sepak bola kita sebenarnya memang masih sangat banyak dan yakin pemain kita bermain tanpa kebanggaan. (*)

Barru, 17 Agustus 2013
(Ayo merdekakan sepak bola)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya