Rabu, 21 Agustus 2013

Anak Langit

Sekarang pukul 09.40 Wita. Sejak tadi, Si bungsu, Arung Mario sebenarnya sudah bangun. Tapi ia memilih berguling-guling di kasur.
Itu kebiasaannya.


Namun tak lama kemudian, ia mencari ibunya. "Ibu..!" katanya setengah berteriak. Tak mendapat jawaban, Arung berteriak lagi, "Ibu.......!" Kini suaranya lebih besar dan panjang. Tapi tetap tak ada jawaban.

Mungkin karena mulai bosan tidur dan rengekannya tak membuahkan hasil, Arung pun bangun. Namun ia tak berhenti mencari ibunya. Ia lalu keluar kamar dan kembali berteriak. Teriakannya sempat terhenti beberapa menit. Mungkin ia menemukan mainannya di luar kamar. Bisa jadi.

Ternyata benar. Beberapa menit kemudian Arung masuk kamar dengan mainan mobil-mobilnya. Tapi mainan itu hanya mampu mengalihkan pikirannya dari ibunya beberapa saat saja. Setelah itu, ia keluar kamar lagi. Berteriak lagi. Arung ingin ibunya dan suaranya kini parau.

Itu cerita pagi ini..

******

Rabu, 29 Mei 2013.
Saat itu pagi dan Arung baru bangun. Setelah mendapatkan kembali bola yang lepas dari pelukannya semalam, ia lalu berdiri.

Sejenak, ia seperti sedang mencari seseorang. Ia sempat menoleh ke saya yang masih tertidur di ranjang. Tapi sepertinya, Arung bukan mencari saya. Apalagi panggilan saya juga tak ia hiraukan.

Ya, Arung pagi itu mencari ibunya. Saya tahu itu setelah ia melangkah ke depan pintu wc. Saat itu, suara air mengalir terdengar di wc kamar kami.

"Ibu..ibu..!" sambil berteriak, Arung memukul-mukul pintu wc. Tapi tak ada jawaban. Dan memang tidak akan ada jawaban sebab sebelum Arung bangun, ibunya telah berangkat ke Makassar. Ada urusan di RS yang ingin ia selesaikan. Hari itu ibunya sudah membuat janji dengan dokter, siang mereka akan ketemu. Karena jarak yang cukup jauh, ibunya memilih berangkat lebih pagi. Dia hanya sempat membuat sebotol susu buat anaknya. Itu untuk menyambung susu yang tersisa setengah di botol subuhnya. Dan suara air di wc itu hanya dari kran yang tidak tertutup baik.

Pagi itu, seperti kebiasaan lamanya, Arung akan mencari ibunya saat bangun. Tapi hari itu, tak ada pertemuan pagi, siang bahkan sore. Ibunya baru muncul di depan pintu saat malam. Arung langsung menghambur ke pelukan ibunya malam itu. Ia bahagia. Ibunya tak kalah senang. Tadi itu perpisahan yang berat seorang anak 2 tahun dengan ibu yang sangat mencintainya.

**********

Arung sekarang begitu gembira. Ibunya baru saja datang dari Kota Barru.

Sebagai seorang bocah, Arung beruntung. Ia punya seorang ibu.
Meski kadang menangis mencari ibunya, tapi setidaknya mereka akan bertemu kembali. Teriakan-teriakannya selalu dijawab Tuhan dengan menghadirkan ibunya.

Tapi tak semua bocah seberuntung Arung. Banyak anak di sekitar kita yang kehilangan ibu saat masih bocah. Sebagian karena ditinggal mati. Yang lain karena ditelantarkan. Anak-anak seperti itu hanya akan terus berteriak, merengek dan menangis tanpa ada seorang ibu yang mendengarnya. Entah bagaimana perasaan pagi mereka setiap hari. Atau bisa jadi, mereka memang hanya anak-anak langit yang tak mengenal kata ibu. (*)

Barru, 21 Agustus 2013
(Selamat hari ibu bagi yang merayakannya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya