TERNYATA
tak nyaman menjadi seorang bintang. Tanggung jawab besar. Dituntut
sempurna dan banyak hal lainnya yang kadang membuat sang bintang
benar-benar dalam situasi tak nyaman.
Suasana hati seperti ini yang dialami striker Real Madrid, Cristiano
Ronaldo Dos Santos Aveiro. Pemain berjuluk CR7 ini mengaku sangat sulit
menjalani hari-harinya sebagai pemain tenar.
Kemarin sore, ia mengunjungi saya. Meski pemain kelahiran Funchal,
Madeira, Portugal, 5 Februari 1985 itu bukan favorit saya, tetap saja
kunjungan itu spesial. Sangat mendadak. Di luar dugaan.
Kami malah sempat bermain bola bersama di lapangan di kampung saya.
Namun ia hanya tampil sebentar. Usai mencetak gol, dia minta diganti.
Layaknya teman lama, kami akrab. Banyak hal yang ia bagi pada saya.
Termasuk soal hari-harinya sebagai pemain hebat dan gaji selangit.
Ia bahkan secara khusus curhat kepada saya.
"Kau tau bro, begitu ketat pertandingan liga," katanya menjawab saya
soal kehidupannya di ibu kota Spanyol. Wajahnya tampak tak bahagia.
Tangannya lalu merangkul pundak saya. Benar-benar seperti dua sahabat.
Ronaldo sepertinya memang butuh tempat curhat. Sore itu dia
mencurahkan banyak isi hatinya. Mungkin selama ini dia sibuk dan tak
punya waktu untuk berbagi dengan temannya yang lain.
"Bayangkan kalo hari ini ketemu Barcelona dan tiga hari kemudian
harus main di liga champion melawan bayern munchen," ujarnya.
"Tekanannya sungguh luar biasa," keluh mantan bintang Sporting Lisbon,
Portugal dan Manchester United ini.
Baginya, menjalani hari-hari dengan jadwal padat dan kompetisi yang ketat tidaklah mudah. Apalagi dia andalan klubnya.
"Saya dituntut harus tampil bagus terus. Harus cetak gol," kata
Ronaldo. Matanya menatap mata saya seolah mencari sesuatu untuk
pengaminan kalimatnya.
"Bahkan setiap bola yang sudah masuk kotak penalti bagaimanapun
harus saya jadikan gol. Makanya itu saya selalu bicarakan dengan
instruktur (mungkin maksudnya pelatih) saya seperti apa kalo sudah di
kotak penalti," lanjutnya.
Ia mengatakan, pada posisinya, tak gampang seorang pemain bola untuk tidak merasakan capek.
Ronaldo sepertinya masih ingin berbincang dengan saya. Tapi saat itu
masjid sudah mulai mengumandangkan ajakan salat magrib. Dia pun pergi.
Pulang ke Madrid malam itu juga.
Hari itu, saya tidur nyenyak sekali. Mungkin karena letih main bola
bersama Ronaldo. Subuh, usai terbangun karena mimpi yang aneh, saya
tidur lagi. Dan kali ini, mimpinya lebih aneh lagi.
(Barru, Selasa, 5 Maret; usai hujan)
Selasa, 16 Juli 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya