Sabtu, 27 Juli 2013

Taktik Angkuh "Timnas Indonesia"

Tahun 2011 silam, dalam laga El-Clasico, Jose Mourinho dikritik keras lantaran taktik super defensifnya. Memang bagi sebagian orang, itu taktik yang aneh. Selain Real Madrid bertabur pemain bintang, mereka juga bermain di Santiago Bernabeu.


Tapi itulah The Special One. Ia tahu bahwa saat itu Los Blancos "di bawah" Barcelona. Dan mau tidak mau, demi mengamankan poin dan menyelamatkan muka di hadapan publik sendiri, taktik bertahan itu dipilih. Lalu hasil akhir memang cukup memuaskan. Setelah sebelumnya ditekuk 0-5 di di Camp Nou, hari itu mereka cukup puas bermain imbang 1-1.

Dalam pertandingan sepak bola, taktik memang sangat utama.
Taktik adalah suatu siasat atau akal yang dirancang dan akan dilaksanakan dalam permainan.
Dalam menentukan taktik perlu memperhatikan beberapa hal. Salah satunya pelatih harus mengetahui atau paham benar akan kemampuan para pemainnya sendiri dan pemain calon lawan.

Jika kemudian taktik tak tidak disesuaikan kemampuan pemain dan kekuatan calon lawan itu jelas harus dipertanyakan.

Kita ambil contoh dalam laga Chelsea dan timnas Indonesia yang menggunakan nama BNI Indonesia All Star. Saya pribadi menilai yang dipakai timnas Indonesia adalah taktik yang angkuh. Kenapa bisa? Jelas dalam hal kualitas pemain, The Blues unggul segala-galanya. Pemain Chelsea adalah yang terbaik dari beberapa negara dengan tradisi sepak bola yang sudah lebih maju. Sementara pemain timnas kita, kualitasnya untuk saat ini masih jauh di bawah. Makanya terkesan angkuh ketika pemain yang diturunkan seperti starting eleven semalam.

Syamsir Alam, Greg Nwokolo,
Andik Vermansyah dan Ferdinand Sinaga diturunkan bersamaan di babak pertama. Yang sering nonton liga di Indonesia dan mengikuti perkembangan sepak bola tanah air pasti tahu mereka itu pemain berkarakter menyerang.

Lalu saat kita tahu kita kalah kualitas, kenapa mereka harus dimainkan bersamaan. Real Madrid saja yang diisi pemain-pemain terbaik dunia masih menerapkan taktik bertahan total apalagi kita yang tanpa bintang Asia sekalipun. Akhirnya kan kita terkesan angkuh. Timnas kita terkesan tidak menyadari kemampuannya yang levelnya masih di bawah. Ini makin parah dengan penempatan M Roby di posisi bek kanan. Bisa jadi ada pembenaran untuk itu, misal bahwa Roby juga memang bisa bermain di luar posisi terbaiknya. Tapi kan fakta di lapangan dengan jelas memperlihatkan bahwa sektor bek kanan kita menjadi celah. Pemain Chelsea beberapa kali melakukan serangan dari sektor ini dan terjadi gol. Padahal, kita punya banyak stok bek kanan di Indonesia dan sepertinya tidak timnas kita perlu terlalu "angkuh" menempatkan pemain bukan di posisi terbaiknya untuk melawan juara Champions Eropa 2012.

Kalah dalam sepak bola itu wajar. Sebab memang selain draw dan menang, kalah juga adalah hasil akhir pertandingan. Tapi kalau kita harus selalu kalah, khawatirnya itu akan berpengaruh pada motivasi pemain kita. Takutnya timnas kita jadi terbiasa kalah dan lupa cara untuk menang. Atau bisa jadi yang dikatakan Mourinho timnas kita bermain tanpa rasa kebanggaan, itu benar.

Kalau itu benar, jelas akan sangat memiriskan. Sebab sebagai rakyat Indonesia, kemenangan adalah kebanggaan dan kalah itu menyakitkan. Dan akan lebih menyakitkan lagi jika ternyata kekalahan telak 1-8 itu ternyata bisa dihindari andai timnas kita tidak angkuh.

Makassar, 26 Juli 2013
(Pagi dengan sebuah mimpi; sepak bola Indonesia kelak akan lebih baik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya