Selasa, 16 Juli 2013

Taiwan, Negeri tanpa Klakson

KARENA mata tak juga mau terpejam, saya menulis saja. Ini tentang negeri yang pernah saya kunjungi Desember 2011 silam, Taiwan.


Meski hanya kunjungan singkat, banyak pelajaran yang saya dapatkan di sana.

Kita mulai dari suasana lalu lintas, kendaraan serta jalan. Di Kota Taipei, kedisiplinan dan kelancaran berlalu lintas sangat terasa. Motor berjejer di tempat parkir di tepi jalan dengan aman. Tidak terlihat tukang parkir. Melihat suasana itu, saya langsung teringat Makassar. Di Makassar, sekadar singgah membeli rokok saja mesti bayar parkir. Di mana-mana ada tukang parkir, entah itu berompi (resmi) atau tidak.

Jalan-jalan di Taipei juga aman dan nyaman. Tidak macet. Pengendara tertib. Pengemudi begitu disiplin dengan rambu-rambu lalu lintas. Misal soal larangan parkir. Mereka patuh. Kondisi ini sangat berbeda di negeri kita. Penduduk Jakarta nyaris tak pernah berhenti mengeluhkan kemacetan. Makassar pun tak jauh beda. Saban hari macet, pengguna jalan ugal-ugalan, tak disiplin dan banyak sifat buruk lainnya.

Pejalan kaki di Taiwan juga patut dicontoh. Mereka menyeberang jalan dengan tertib di "lampu merah" yang memang menjadi lokasi penyeberangan. Dengan sabar, warga berjejer di tepi jalan menunggu lampu merah menyala. Setelah mobil berhenti, pejalan kaki dengan santai berjalan. Tak terlihat ada yang terburu-buru.
Tak terlihat ada warga yang menyeberang sembarangan atau bahkan lompat pagar pembatas seperti halnya di kota kita tercinta, Makassar. Di Makassar, sebagian orang seenak hatinya menyeberang. Jembatan penyeberangan seolah hanya hiasan kota. Dan yang terjadi, macet serta rawan kecelakaan.

"Di sini tidak bising. Mereka tertib. Padahal banyak juga kendaraan," kata Tenriangka, teman seperjalanan saya di Taiwan.

Yang paling membuat kagum di jalan raya Taiwan adalah tidak adanya suara-suara klakson. Selama sepekan di sana, seingat saya, tidak pernah terdengar suara klakson mobil.

Kuciawe, sopir taksi yang saya tumpangi bersama Tania Roos (wartawan Radar Taiwan), pada suatu malam akhirnya mengungkap rahasia soal klakson ini. "Kita dianggap tidak sopan kalau membunyikan klakson. Tidak bagus. Juga ditakutkan kalau sembarangan klakson orang di depan kita kaget. Intinya ini lebih karena persoalan sopan santun di jalan," ujar Kociawe.

Hal lain yang layak jadi pelajaran dari Taiwan adalah proses demokrasi yang tanpa hiruk pikuk berlebihan. Kami tiba di Taiwan 17 Desember atau tak cukup sebulan sebelum pemilihan presiden negeri itu. Namun selama sepekan di sana, saya hanya sekali melihat baliho kandidat.

Dalam perjalanan ke penjara Taipei Prison di Taoyuan Country, Kuisan Town, saya melihat baliho berdiri di salah satu pertigaan jalan. Di situ terpajang wajah Presiden Taiwan yang kembali mencalonkan diri, Ma Ying-jeou dan Tsai Ing-wen, saingannya. Di kota Taipei juga begitu. Sama sekali tidak ada baliho atau apapun namanya yang terkait sosialisasi. Termasuk di sekitar Hope City SongShan Hotel, tempat menginap kami, sama sekali tidak ada pamer-pameran wajah. Padahal pilpres dilaksanakan 14 Januari.

Coba bandingkan di negeri tercinta kita. Dua tahun menjelang pilkada atau pemilu, wajah-wajah di baliho sudah berebut tempat di pinggir jalan. Makin dekat waktu pemilihan, baliho dan spanduk sudah makin menjamur. Tak ada pohon yang suci dari foto kandidat. Tidak ada tiang listrik yang lepas dari incaran tali spanduk. Kota pun menjadi kotor.

Hampir lupa. Sebelum mengakhiri tulisan ini saya juga ingin berbagi pengalaman soal kecelakaan di Taipei. Hari keempat di sana saya melihat langsung kecelakaan terjadi. Seorang perempuan yang menggunakan sepeda ditabrak seorang pengendara motor. Meski kondisi jalan sepi, si penabrak tak melarikan diri. Dia membantu korban tabrakan. Ini karena pelaku tahu secara pasti bahwa tak ada gunanya melarikan diri. Di mana-mana ada CCTV yang pasti merekam kejadian itu. Tapi yang luar biasa bagi saya bukan CCTV atau penabraknya yang tak melarikan diri, namun kesigapan paramedis. Tak sampai lima menit, ambulans datang.

(Barru, dari beberapa malam lalu hingga Selasa, 2 April 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya