Selasa, 16 Juli 2013

Rindu Lantai 4


Ruangan itu tidak terlalu luas.
Tapi, tanpa meja-meja yang memangku komputer di dalamnya, cukuplah untuk bermain futsal.



Saat pertama masuk di ruangan ini, kita akan disambut foto Presiden SBY bersama istrinya sedang berbincang dengan bos Fajar Grup, HM Alwi Hamu. Foto berukuran besar itu terpajang di dinding sebelah kanan dan hampir pasti semua tamu yang berkunjung akan bisa melihatnya dengan mudah. Meski tanpa menoleh.

Sedangkan di kiri ada perpustakaan dengan seribuan judul buku dan majalah. Nama perpustakaan tersebut "Perpustakaan HM Jusuf Kalla".

Ruangan yang berada di lantai 4 gedung Graha Pena ini akrab dengan sebutan ruang redaksi. Dari sinilah lahir karya-karya jurnalistik para wartawan Harian Fajar. Bacaan-bacaan menarik yang tersaji untuk para pelanggan setia koran yang sudah berumur 31 tahun ini juga diolah di sini.

2007 silam, pertama kali ruangan ini ditempati untuk beraktivitas. Awalnya tempat ini seperti wilayah di kutub utara. Dingin. Dalam masa "perkenalan" sebagai kantor baru, kepala atau malah otak serasa membeku jika berlama-lama duduk di dalamnya. Jadi jangan heran jika
Kupluk menjadi sahabat setia para penghuninya waktu itu. Belakangan, semua menjadi biasa.
Entah seperti apa wajah redaksi saat ini. Mungkinkah tv-tv dengan chanel beragam dan berjejer di dinding masih di tempatnya? Bisa jadi meja-meja yang terkait kabel-kabel yang begitu ribet sudah berubah posisi?

Sudah enam bulan saya tak menjejakkan kaki di ruang yang di dinding kacanya memperlihatkan sebagian wajah Makassar yang sudah sangat sesak ini.

Masihkah "tradisi serbu-serbu" tetap berlanjut ketika ada teman yang baru pulang dari luar daerah atau luar negeri?. Sejumlah cerita lucu muncul dari tradisi ini. Misalnya serbu-serbu baju yang membuat Kak Nita (sekretaris redaksi) menegur kami. Pernah juga pizza dan gorengan yang belum sempat mendarat di meja sudah terhambur di lantai. Tanpa jijik, kami memungut yang memang masih bisa dimakan. Belum 5 menit, itu salah satu alasannya.

Namun acara serbu-serbu ini memang selalu menyenangkan. Makanya jika ada teman yang pulang kantor setelah bepergian tanpa membawa apapun yang bisa diserbu, yakin saja dia telah melakukan kesalahan "fatal".
Akan diolok-olok. Bisa sehari, dua hari, atau seminggu. Dan yang pasti akan selalu diingat.

Banyak kenangan saya di sini. Tentu saja, selain serbu-serbu.
Ruang redaksi menjadi tempat saya belajar. Tempat berdiskusi lewat rapat-rapat bersama sahabat-sahabat terbaik. Saat malam dan tidak ada penugasan lagi, tempat ini pas Juga untuk menghabiskan waktu berselancar di dunia maya atau main games. Fasilitas komputer dengan akses internet yang cepat mendukungnya. Bisa juga sebenarnya untuk berolah raga sebab ada meja untuk tenis meja. Hanya saja, seperti halnya durian, bermain pimpong juga ada "musimnya". Kadang teman-teman begitu bersemangat. Lain waktu, meja itu tak lebih hanya penghias ruangan.

Saat lelah mengganggu, saya juga sering tidur dan ketiduran di sana. Makanya harus pulang subuh atau bahkan pagi hari. Kerap saat baru bangun, ke toilet dan mengucek mata, karyawan dari bagian lain sudah mulai berdatangan.

Pagi ini, dari jauh saya mencoba mengenang ruang redaksi. Tempat yang telah menjadikan saya sebagai seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab. Entah, suatu hari nanti saya akan kembali lagi ke sana. Yang pasti saat ini saya rindu suasananya.

Barru, 28 November 2012
(Beberapa saat setelah terima telepon)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya