Selasa, 16 Juli 2013

Mimpi yang Semakin Aneh


ADA-ada saja. Saya yang sedang sakit, tiba-tiba sudah berkemas-kemas untuk ikut kegiatan pramuka di ibu kota kecamatan. Satu ransel sudah disiapkan, pagi itu. Isinya, pakaian, dua lembar sarung, beras, dan ikan goreng.


Itu mimpi saya, Minggu, 17 Maret. Saya terbangun dari tidur pukul 00.15 wita dan memastikan bahwa itu hanya mimpi.

Rasanya aneh. Di umur yang sudah 34 tahun, tiba-tiba berada di situasi sebagai anak SD. Berkelakuan anak-anak. Merengek, dan lain-lain.
Kalau mau dipasrahkan, mungkin kalimat yang pas, "Namanya juga mimpi."

Tapi tidak. Saya mau mencoba untuk tidak sekadar pasrah. Sebab sepertinya mimpi-mimpi saya dalam beberapa bulan terakhir ini sudah semakin aneh. Terlalu sering soal masa lalu. Terlalu banyak tentang masa-masa sekolah, remaja, tugas yang rumit, serta tentang kampus.

Dalam semalam, mimpi tentang masa lalu yang tidak pernah terjadi itu bisa dua atau bahkan tiga kali. Kadang bersambung setelah selingan terjaga beberapa saat.

Seperti mimpi pramuka tadi. Setelah tidur kembali, saya lagi-lagi bermimpi tentang masa-masa SMA.

Ceritanya, saya sebagai siswa kelas II.5 di salah satu SMA. Dalam mimpi itu, saya kebingungan mencari ruang kelas setelah kembali dari kantin. Saya naik turun lantai, memasuki semua ruang kelas, tapi tidak juga menemukan ruang kelas. Wajah-wajah di tiap ruangan yang saya lihat semuanya asing. Tidak satupun teman sekelas saya.
Akhirnya, setelah lelah, saya bangun dengan kondisi capek dan jengkel.

Tidur setelah salat subuh, lagi-lagi saya bermimpi. Kali ini, ceritanya tentang masa-masa di SD. Anehnya, saya satu sekolah dengan anak saya, Arung Mario. Kami berdua makan jagung di kantin.
Sekali lagi, aneh. Terbangun, saya bertahan untuk tidak tidur lagi. Khawatirnya, saya mimpi jadi anak TK dan yang mengajar anak saya.

Malam sebelumnya juga tak kalah aneh. Saya mimpi tentang kehidupan di pondokan mahasiswa di Unhas. Tentang pondokan Abustan dan Setia Kawan, tempat tinggal saya dulu waktu kuliah. Rasanya nyata sekali. Kondisi pondokan masih sama seperti dulu. Rumah-rumah kayu. Tidak seperti saat ini.

Ada banyak kejadian dalam mimpi itu, termasuk tentang kehidupan sehari-hari kami, penghuninya. Hal lain, tentang rawa-rawa di sekitar pondokan. Sangat nyata. Dalam mimpi, ada teman-teman lama yang memang dulu sepondokan dengan saya. Yang membuatnya aneh, ada beberapa teman baru yang saya kenal setelah selesai kuliah, juga ikut mengambil peran.

Saya bingung lanjutannya apa, jadi........... saya sekiankan saja.

Barru, Minggu, 17 Maret 2013
(Pukul 01.19-selesai)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya