Selasa, 16 Juli 2013

Belajar dari My Rosy Life


KARENA saya tak mengikutinya sejak awal, saya mulai saja dengan episode ke-21.
Tak seperti sinetron Indonesia yang digarap asal asalan, dipaksakan terus bersambung dan kadang alur kisahnya tak bisa diterima akal normal, drama Korea ini sangat sederhana. Judulnya, My Rosy Life.

Dua tokoh utama drama seri yang diputar LBS TV ini adalah suami istri; Sung Moon dan Soon Yi.
Mereka memiliki dua anak perempuan. Melihat posturnya, saya terka umur keduanya 9 tahun dan 7 tahun.

Ternyata, si istri, Soon Yi mengidap penyakit kanker. Sakitnya sudah sangat parah. Ia selalu memohon untuk hidup, namun hari-hari penuh kesakitan yang dilaluinya mempertegas kalau permohonannya seperti sesuatu yang mustahil. Akhirnya ia pun pasrah.

Dalam satu adegan makan malam keluarga, mertua Soon Yi tiba-tiba menangis.
"Kau kerja keras selama hidupmu tapi tidak pernah merasakan kaya," kata sang mertua terisak, "Malah kau sakit mengerikan." Ia makin terisak.

"Malangnya nasibmu. Tetaplah hidup untuk anak-anakmu," katanya berdiri memeluk menantunya lalu meninggalkan meja makan. Adegan yang mengharukan.

Sung Moon dalam episode 21 ini menunjukkan begitu cintanya ia pada istrinya. Berbagai cara dan usaha untuk kesembuhan istrinya ia lakukan. Sung Moon bahkan tertipu. Ia terpedaya testimoni seorang pria bayaran yang mengaku sembuh dari sakit parahnya setelah meminum air "ajaib". Demi sang istri, Sung Moon mentransfer uang tabungannya untuk air tipuan yang belakangan tak pernah ia dapatkan.

Saya tidak tahu bagaimana cerita awal percintaan keduanya. Di episode ini hanya dikisahkan sekilas awal Sung Moon menyatakan cintanya pada Soon Yi.
Sung Moon memaksa Soon Yi menerimanya dengan sebuah janji.

"Aku bisa membuat hidupmu nyaman," kata Sung Moon. Soon Yi pun takluk. Ia bersedia menikah dengan pria yang lebih muda darinya.

Tapi dalam perjalanan rumah tangga mereka, janji Sung Moon membuat Soon Yi hidup nyaman tak terbukti hingga episode 21. Hidup Soon Yi penuh duka. Malam-malamnya penuh tangis dan air mata.

Di episode 22 yang sempat saya tonton sejenak malam ini, Sung Moon memboyong keluarganya rekreasi di sebuah pulau yang indah. Mungkin itu kesempatan terakhir Sung Moon membuktikan janji, membahagiakan istrinya.

Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari drama ini. Pertama, tentu saja soal pentingnya menjaga kesehatan dan jangan terlalu memaksakan diri dalam bekerja. Ingat sakitmu saat sehatmu.

Kedua, tentang kesetiaan dan tanggung jawab sebagai suami.
Sung Moon membuktikan diri dengan terus berusaha dan berjuang untuk kesembuhan sang istri. Dan sebagai pria ia ingin membuktikan janjinya; membahagiakan istrinya meski itu hanya di pengujung kisah.

Ketiga, ini mungkin khusus bagi saya atau siapapun yang saat ini sedang sakit. Kisah Soon Yi yang terserang kanker dan kadang harus berguling-guling menahan sakit mungkin memang hanya imajinasi. Tapi dari tayangan TV kita bisa lihat begitu banyak orang dengan penyakit parah atau bahkan aneh di berbagai belahan bumi. Makanya kita yang sedang sakit harus selalu bersabar. Kita mesti selalu berpikir bahwa penyakit kita sebenarnya tidak ada apa-apanya dibanding sakit yang diderita orang lain. Tapi itu tak gampang.


Barru, 21 Maret 2013 (sakit hari ke-300 sekian; di atas kursi roda dan terus bersabar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan kritikan Anda di blog dan tulisan saya