Sabtu, 27 Juni 2009

SEBUAH BAHAN PERENUNGAN BAGI CALON ORANGTUA

(khusus saudara sebangsa dan setanah air yang belum menikah)

Anda umur berapa sekarang?
Saya sengaja memulai dengan pertanyaan ini. Kalau tak senang dengan pertanyaan ini, berarti Anda tidak pede dengan usia Anda. Bisa jadi Anda merasa sudah tua, atau bisa jadi juga ada alasan lain. Yang pasti kalau pertanyaan tersebut mengganggu, silakan setop sampai di sini saja.
Ok...yang lanjut berarti kita sepakat bahwa tidak ada sakit hati, tidak ada buruk sangka, dan tidak ada dendam antara kita setelah Anda merampungkan membaca catatan ini.


Anda umur berapa sekarang?
Sengaja saya memberi batasan bahwa catatan ini hanya untuk saudaraku sebangsa dan setanah air yang belum mengecap ijab kabul atau mahligai rumah tangga. Mungkin dalam hati Anda akan menjawab, 17 tahun, 19 tahun, 21 tahun, 23 tahun, 25 tahun, 27 tahun, 30 tahun, 33 tahun, 35 tahun, atau 37 tahun.

Untuk yang masih berusia 17 tahun hingga 23 tahun, baik Anda laki-laki atau perempuan, saya tidak akan memberi catatan panjang lebar. Karena saya yakin Anda masih punya banyak waktu untuk mencari pasangan hidup. Masih bisa memilih, si A atau si B. Yang hitam, yang putih, yang gagah, atau yang wajahnya pas-pasan. Tapi saya bukan mau membuat catatan tentang Anda akan menikah atau tidak. Jodoh Anda masih hidup atau sudah meninggal. Yang saya mau sampaikan adalah soal buah hati, alias anak yang akan lahir dari rahim Anda, atau rahim istri Anda, serta egoisme Anda (maaf, saya menggunakan kata Anda, sebab saya sudah menikah dan catatan ini untuk Anda yang belum menikah atau yang berencana menikah lagi).

Kenapa harus soal anak, dan apa hubungannya dengan umur, serta egoisme Anda?

Anggaplah sekarang Anda berusia 25 tahun dan belum menikah. Apakah Anda sekarang sudah punya calon pendamping hidup? Kalau sudah punya bisa jadi tahun ini, tahun depan, dua tahun ke depan, atau lima tahun ke depan Anda akan menikah.
Saya mau kita berbicara soal kondisi terburuk. Maksud saya, Anda yang berusia 25 tahun baru menikah di usia 30 tahun. Artinya, kalau Anda beruntung, setahun berikutnya sudah bisa punya momongan. Artinya, ketika anak Anda berusia 12 tahun atau masuk SMP, ketika itu, usia Anda baru 42 tahun. Anda tentu masih cukup kuat sebagai orangtua.

Tapi itu kalau Anda beruntung setahun setelah menikah langsung bisa mendapat momongan. Bagaimana kalau Anda ternyata baru bisa mendapat anak setelah usia perkawinan lima tahun atau saat usia Anda 35 tahun. Artinya, saat anak Anda berusia 12 tahun, Anda sudah berusia 47 tahun. Itu baru hitung-hitungan anak pertama. Bagaimana kalau anak Anda tiga, lima, atau tujuh? Saat usia Anda sudah 60 tahun, berapa usia si bungsu? Untuk pertanyaan terakhir, itu khusus pria, sebab perempuan punya masa menopause.

Itu baru untuk Anda yang membaca catatan ini dan berusia 25 tahun dan menikah di usia 30 tahun kalau beruntung.

Tapi bagaimana dengan Anda yang kini sudah berusia 30 tahun saat ini? Bagaimana kalau nanti pada usia 35 tahun baru menikah? Tidak terlalu bermasalah kalau setahun berikutnya Anda bisa memiliki anak. Artinya di usia 40 tahun, usia anak Anda sudah empat tahun. Tapi kalau Anda tak beruntung atau baru mendapat amanah dari Allah SWT setelah lima tahun usia perkawinan atau ketika Anda berumur 40 tahun. Wah...artinya, saat anak Anda baru 10 tahun, atau kelas 5 SD, Anda sudah 50 tahun. Sekali lagi, itu baru anak pertama.

Tapi Anda yang menikah di usia seperti tadi dan punya kisah hidup seperti itu masih lebih beruntung ketimbang yang kini di usia 35 atau 37 tahun. Untuk wanita, ini tentu masa yang sangat menentukan. Sebab di usia 45, masa menopause sudah menanti. Bagi yang pria, kalau menggunakan perhitungan seperti yang saya tulis sejak awal, tentu harus waspada.

Kenapa? Kita bahas soal Anda yang kini di usia 35 tahun saja. Bagi yang berusia 37 tahun, silakan berhitung sendiri.
Di usia 35 tahun saat ini, jika beruntung, Anda bisa menikah tahun ini atau tahun depan. Kalau pun Anda menikah tahun ini, tak mungkin anaknya lahir tahun ini juga. Artinya, ini kalau beruntung sekali, Anda di usia 36 tahun sudah bisa punya anak. Dan saat berusia 50 tahun, usia anak Anda sudah 14 tahun.
Kalau kurang beruntung, bisa jadi seperti yang saya tulis di atas, Anda kemungkinan baru bisa memiliki anak di usia 40 tahun atau saat berusia 50 tahun, anak Anda baru kelas 5 SD. Sekali lagi itu anak pertama, belum anak ketiga, kelima dan ketujuh.

Saya mau membahas soal anak pertama saja yang Anda baru miliki setelah usia 40 tahun. Saya secara khusus ingin mempersembahkan catatan terakhir ini untuk bahan renungan bagi yang berjenis kelamin pria dan anak Anda seorang perempuan ayu, cantik, manis dll. Saya punya alasan khusus untuk itu.

Tadi kita sudah sepakat bahwa Anda baru mendapat anak pertama di usia 40 tahun.
Begini...Kita kalkulasi bersama.
Saat usia anak Anda yang jelita baru 15 tahun, dan ia sudah mengenal "lawan jenisnya" alias pacaran, ketika itu Anda sudah 55 tahun. Usia 55 tahun itu bukanlah usia yang masih sangat produktif. Untuk Anda yang PNS, itu usia itu menjadi akhir dari pengabdian Anda. Dan di luar dari PNS, itu usia untuk Anda berpikir mengenai siapa yang harus menjadi tulang punggung keluarga menggantikan Anda yang sudah beranjak senja.

Buah hati Anda saat usia itu masih sangat muda. Seorang remaja putri. Dia butuh bimbingan, dan tentu saja di era kekinian, butuh penjagaan. Jangan sampai larut dalam pergaulan.
Ketika usia Anda sudah 60 tahun, anak Anda baru seusia 20 tahun. Dia mungkin saat itu sudah menjadi wanita idaman anak-anak muda. Dia akan banyak dikejar-kejar pria. Bisa jadi juga dia akan dipermainkan pria.

Nah pertanyaannya sekarang, apakah Anda mampu menjaga anak Anda di usia 60 tahun. Bisakah Anda memenuhi kebutuhannya, kalau mungkin dia kuliah ketika itu? Atau bisakah Anda masih membusungkan dada atau memelintir ujung kumis saat si buah hati yang jelita diganggu anak tetangga. Apakah kita akan membiarkan anak kita tercinta dilecehkan? Atau bisakah Anda melihat dengan jelas apa yang dilakukan buah hati Anda di ruang tamu saat pacarnya bertamu ke rumah sementara rabun senja, rabun dekat, atau rabun jauh sudah menghantam.

Sekali lagi itu baru anak pertama dan Anda menikah di usia 35 tahun. Bagaimana dengan anak ketiga, kelima atau ketujuh.

Pertanyaannya kemudian, apakah selaku orangtua atau calon orangtua kita tidak egois. Bagaimana kalau saat usia anak kita baru 5 tahun dan kita sudah dijemput yang maha memiliki usia manusia. Siapa yang menghidupinya. Siapa yang menjaganya. Apakah ia harus ke jalan untuk menjadi pengemis sementara di Makassar sudah ada Perda yang melarang pengemis berkeliaran.
Ataukah ia harus seperti Aco (baca Fajar edisi dulu, Ibu hamil meninggal kelaparan)?
Atau apakah???????????????????????????????
Tidak kah sebaiknya kita menikah secepatnya jika memang sudah ada kemampuan?

Makassar, Rabu, 11 Februari 2009, pukul 22.15 wita saat Persija Jakarta menaklukkan Persiwa 5-1. Hidup PSM